Kekhawatiran Nabi Ternyata Terjadi

Kekhawatiran Nabi Ternyata Terjadi: Jangan punya persepsi bahwa umat Islam sudah bersih dari noda syirik, lalu timbul kesimpulan bahwa ayat dan hadits hanya membicarakan kesyirikan kaum-kaum terdahulu dan tidak menimpa pada umat ini. Jauh hari Nabi Muhammad Shalallahu ’alaihi wa sallam telah mengkhawatirkan masalah ini menimpa pada umat ini. Untuk lebih jelas silahkan baca risalah ini……

العنوان: خوف النبي من وقوع الشرك على أمته والتحذير منه
اللغة: إندونيسي
تأليف: أبو بكر محمد زكريا
ترجمة: أبو أمامة عارف هداية الله
مراجعة: إيكو هاريانتو مصباح الدين
الناشر: المكتب التعاوني للدعوة وتوعية الجاليات بالربوة
نبذة مختصرة: كتاب مترجم إلى اللغة الإندونيسية بين فيه الكاتب بعض النصوص وأقوال العلماء ما يتعلق ببداية الشرك الذي وقع في هذه الأمة كما بين بعض النصوص التي تبين خوف النبي ​صلى الله عليه وسلم على أمته من الوقوع في الشرك.

Kekhawatiran Nabi Ternyata Terjadi
] Indonesia – Indonesian – [ إندونيسي





Dinukil dari Buku:
“Syirik pada Zaman Dahulu dan Sekarang” (2/587-602)
Syaikh  Abu Bakar Muhammad Zakaria





Terjemah : Abu Umamah Arif Hidayatullah
Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad



2014 - 1436

 

 
 
خوف النبي من وقوع الشرك على أمته والتحذير منه
« باللغة الإندونيسية »


مقتبس من كتاب : الشرك في القديم والحديث
للشيخ أبو بكر محمد زكريا (2/587-602)



ترجمة: عارف هداية الله أبو أمامة
مراجعة: أبو زياد إيكو هاريانتو




2014 - 1436
 
 

Kekhawatiran Nabi Ternyata Terjadi
Segala puji hanya bagi Allah Shubhanahu wa ta’alla, kami memuji -Nya, memohon pertolongan dan ampunan kepada -Nya, kami berlindung kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla dari kejahatan diri kami dan kejelekan amal perbuatan kami. Barangsiapa yang Allah Shubhanahu wa ta’alla beri petunjuk, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya, dan barangsiapa yang Allah Shubhanahu wa ta’alla sesatkan, maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk.
Aku bersaksi bahwasanya tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah Shubhanahu wa ta’alla semata, yang tidak ada sekutu bagi -Nya. Dan aku juga bersaksi bahwasannya Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah hamba dan Rasul -Nya. Amma Ba'du:

Kekhawatiran Nabi Bahwa Umatnya Akan Terjerumus Dalam Kesyirikan, Serta Peringatan dari Syirik :
Sesungguhnya mengesakan Allah ta’ala dalam beribadah, dan berkeyakinan bahwa tidak ada sekutu dengan -Nya, tidak ada sesembahan selain -Nya, dan tidak ada yang semisal dengan -Nya, adalah kewajiban yang harus ditunaikan oleh seorang hamba -Nya. Bahkan hal tersebut adalah kewajiban yang paling urgen dan utama.
Itulah agama Allah Shubhanahu wa ta’alla, yang dengannya diutuslah para rasul, dimulai dari Nuh sampai Muhammad Shalawatullahi wa salamuhu ‘alaihi. Sebagaimana firman Allah ta’ala:

 وَلَقَدۡبَعَثۡنَافِي كلِّ أُمَّة رَّسُولًا أَنِ ٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ وَٱجۡتَنِبُواْ ٱلطَّٰغُوتَۖ   ]النحل : 36[
“Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu”. (QS an-Nahl : 36).
Dalam ayat lain Allah Shubhanahu wa ta’alla Berfirman:
“Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku". (QS al-Anbiya’ : 25).

Dalam ayat yang lain lagi disebutkan:
﴿ شَرَعَ لَكُم مِّنَ ٱلدِّينِ مَا وَصَّىٰ بِهِۦ نُوحا وَٱلَّذِيٓ أَوۡحَيۡنَآ إِلَيۡكَ وَمَا وَصَّيۡنَا بِهِۦٓ إِبۡرَٰهِيمَ وَمُوسَىٰ وَعِيسَىٰٓۖ أَنۡ أَقِيمُواْ ٱلدِّينَ وَلَا تَتَفَرَّقُواْ فِيهِۚ كَبُرَ عَلَى ٱلۡمُشۡرِكِينَ مَاتَدۡعُوهُمۡ إِلَيۡهِۚ ٱللَّهُ يَجۡتَبِيٓ إِلَيۡهِ مَن يَشَآءُ وَيَهۡدِيٓ إِلَيۡهِ مَن يُنِيبُ ﴾ ]الشورى :13[
“Dia telah mensyari´atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan   -Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki -Nya dan memberi petunjuk kepada (agama) -Nya orang yang kembali (kepada -Nya)”. (QS asy-Syuura : 13).

Muatan dakwah para rasul tersebut ialah menyeru umatnya untuk beribadah kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla saja, dan menyingkirkan segala bentuk peribadahan kepada selain -Nya. Sejak munculnya kesyirikan yang pertama kali di muka bumi sampai Allah Shubhanahu wa ta’alla mengutus penutup para rasul yaitu Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Para nabi seluruhnya beragama tauhid, sebagaimana dikatakan oleh Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa salla:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « الْأَنْبِيَاءُ إِخْوَةٌ مِنْ عَلَّاتٍ وَأُمَّهَاتُهُمْ شَتَّى وَدِينُهُمْ وَاحِدٌ » [أخرجه البخاري و مسلم]
"Para nabi adalah saudara-saudara tiri , ibu mereka berbeda-beda akan tetapi agama mereka satu".

Para Nabi tersebut benar-benar telah melaksanakan kewajiban ini, yang mana mereka diutus untuk memusnahkan kesyirikan dari penduduk bumi tempat mereka diutus. Maka itulah kewajiban pertama mereka. Sebagaimana telah dilakukan juga oleh panutan dan nabi kita Muhammad Shallallahu ’alaihi wa sallam, yang telah mempersaksikan kepada kita di hari Arafah, bahwasanya Rasulullah telah menyampaikan risalah, menunaikan amanah, dan menasehati umatnya. Allah Shubhanahu wa ta’alla telah menghilangkan kesusahan dengannya, dan dengannya Allah Shubhanahu wa ta’alla membuka hati-hati yang telah buta, dan pendengaran yang sudah tuli. Sungguh Allah Shubhanahu wa ta’alla telah menggambarkan sifatnya dalam kitab -Nya;

﴿ لَّقَدۡ كَانَ لَكُمۡ فِي رَسُولِ ٱللَّهِ أُسۡوَةٌ حَسَنَة لِّمَن كَانَ يَرۡجُواْ ٱللَّهَ وَٱلۡيَوۡمَ ٱلۡأٓخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرا٢١  ﴾ ]الأحزاب : 21[
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (QS al-Ahzab : 21).

Rasulullah sangat antusias sekali untuk menjaga kita dari hal-hal yang dapat menjerumuskan ke dalam kebinasaan –manakah ada kebinasaan yang lebih dahsyat dari kesyirikan?-. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam sangat khawatir terhadap umatnya bila sampai terjatuh dalam kesyirikan, oleh sebab itu Rasulullah memperingatkan umatnya dengan peringatan yang sangat keras darinya. Ada dua sebab lain yang melatarbelakangi kekhawatiran Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam terhadap umatnya terjatuh dalam kesyirikan, keduanya adalah:
Pertama: Bahwasanya kesyirikan pada kebanyakan umat terdahulu sangat jelas bagi setiap individu yang ada, bisa dimengerti bahwa hal itu adalah syirik. Tidak samar bagi setiap orang, sehingga mudah untuk dijauhi. Berbeda dengan kesyirikan yang ada dalam tubuh umat ini. Ada yang nampak secara jelas, ada juga yang samar-samar. Oleh karenanya Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا هَذَا الشِّرْكَ فَإِنَّهُ أَخْفَى مِنْ دَبِيبِ النَّمْلِ فَقَالَ لَهُ مَنْ شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَقُولَ وَكَيْفَ نَتَّقِيهِ وَهُوَ أَخْفَى مِنْ دَبِيبِ النَّمْلِ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ قُولُوا اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ أَنْ نُشْرِكَ بِكَ شَيْئًا نَعْلَمُهُ وَنَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لَا نَعْلَمُ » [أخرجه أحمد]
"Wahai sekalian manusia! hati-hatilah dari kesyirikan, karena hal itu lebih tersembunyi dibandingkan semut berwarna hitam". Ada seorang yang menimpali, ”Bagaimana kami berhati-hati wahai Rasulullah?. Rasul menjawab, ”Katakanlah: “Aku berlindung dari menyekutukan Engkau dengan sesuatu yang kami ketahui, dan kami memohon ampun kepada -Mu dari hal yang tidak kami ketahui".

Dikarenakan begitu samarnya urusan kesyirikan ini, maka Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam mengkhawatirkan umatnya terjatuh ke dalamnya. Maka keluarlah peringatan terhadap seluruh jenis kesyirikan. Sebagaimana juga memperingatkan dari seluruh motif sebab terjadinya hal itu.
Kedua: Ketika Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam mengetahui bahwa umat-umat terdahulu seperti Yahudi dan Nasrani dan Persia, telah diuji dengan perkara bid’ah dalam agama dan terjatuh dalam kesyirikan, maka Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam khawatir umatnya akan terjatuh dalam hal serupa yang dialami oleh umat-umat terdahulu. Maka Rasulullah memperingatkan umatnya agar tidak mengikuti metode umat yang terdahulu. Rasulullah bersabda dalam banyak kesempatan, yaitu;
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ مَنْ قَبْلَكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ, حَتَّى لَوْ سَلَكُوا جُحْرَ ضَبٍّ لَسَلَكْتُمُوهُ. قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى. قَالَ: فَمَنْ » [أخرجه البخاري ومسلم]
"Sungguh kalian akan mengikuti jalan-jalan yang ditempuh oleh umat sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta. Sampai-sampai andaikan mereka memasuki lubang Dhab niscaya kalian akan mengikutinya". Para sahabat bertanya, " Apakah Yahudi dan Nasrani Wahai Rasul?. Rasul menjawab,”Siapa lagi (kalau bukan mereka".

Rasulullah juga bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « إِنِّى أَبْرَأُ إِلَى اللَّهِ أَنْ يَكُونَ لِى مِنْكُمْ خَلِيلٌ فَإِنَّ اللَّهَ تَعَالَى قَدِ اتَّخَذَنِى خَلِيلاً كَمَا اتَّخَذَ إِبْرَاهِيمَ خَلِيلاً وَلَوْ كُنْتُ مُتَّخِذًا مِنْ أُمَّتِى خَلِيلاً لاَتَّخَذْتُ أَبَا بَكْرٍ خَلِيلاً أَلاَ وَإِنَّ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ كَانُوا يَتَّخِذُونَ قُبُورَ أَنْبِيَائِهِمْ وَصَالِحِيهِمْ مَسَاجِدَ أَلاَ فَلاَ تَتَّخِذُوا الْقُبُورَ مَسَاجِدَ إِنِّى أَنْهَاكُمْ عَنْ ذَلِكَ » [أخرجه مسلم]
"Sesungguhnya aku memohon kepada Allah agar menjadikan bagiku seorang kekasih di antara kalian. Dan sesungguhnya Allah telah menjadikanku kekasih -Nya sebagaimana -Dia menjadikan Ibrahim sebagai kekasih. Andai saja aku boleh mengambil seorang kekasih dari kalangan umatku, tentu akan aku jadikan Abu Bakar sebagai kekasih. Ketahuilah, sungguh orang-orang sebelum kalian menjadikan kuburan para nabnya sebagai masjid. Maka janganlah kalian menjadikan kuburan sebagai masjid. Karena aku melarang hal tersebut".

Sebagaimana Rasulullah juga telah menutup pintu ghuluw pada umatnya, Rasulullah bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « لَا تُطْرُونِي كَمَا أَطْرَتْ النَّصَارَى ابْنَ مَرْيَمَ فَإِنَّمَا أَنَا عَبْدُهُ، فَقُولُوا: عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ » [أخرجه البخاري]
"Janganlah kalian memujiku secara berlebihan sebagaimana orang Nasrani berlebihan dalam memuji Isa bin Maryam. Hanya saja aku hanyalah seorang hamba. Maka katakanlah, hamba Allah dan rasul     -Nya".

Sebagaimana Rasulullah menutup pintu kesyirikan pada umatnya, Rasulullah bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « قَاتَلَ اللَّهُ قَوْمًا اتَّخَذُوا قُبُورَ أَنْبِيَائِهِمْ مَسَاجِدَ. قالت عائشة: يُحَرِّمُ ذَلِكَ عَلَى أُمَّتِهِ » [أخرجه أحمد]
"Semoga Allah memerangi suatu kaum yang menjadikan kuburan para nabinya sebagai masjid". Aisyah mengatakan, "Hal itu diharamkan bagi umatnya".

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « لَعْنَةُ اللَّهِ عَلَى الْيَهُودِ وَالنَّصَارَى اتَّخَذُوا قُبُورَ أَنْبِيَائِهِمْ مَسَاجِدَ. قالت عَائِشَةُ: يُحَذِّرُ مَا صَنَعُوا ولَو لاَ ذَلِكَ لأَبْرَز قَبْرَه غَيرَ أَنه خَشِي أن يَتَّخِّذُ مَسْجِداً » [أخرجه البخاري ومسلم]
"Semoga laknat Allah atas Yahudi dan Nasrani. Mereka menjadikan kuburan para nabinya sebagai masjid". Aisyah menjelaskan, "Rasulullah memperingatkan atas apa yang mereka perbuat, kalau saja bukan karena hal itu pasti kuburan Rasulullah akan ditampakkan. Akan tetapi Rasulullah khawatir akan dijadikan sebagai tempat ibadah".

Dalam waktu yang lain Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « أُولَئِكَ قَوْمٌ إِذَا مَاتَ فِيهِمْ الْعَبْدُ الصَّالِحُ أَوْ الرَّجُلُ الصَّالِحُ بَنَوْا عَلَى قَبْرِهِ مَسْجِدًا وَصَوَّرُوا فِيهِ تِلْكَ الصُّوَرَ أُولَئِكَ شِرَارُ الْخَلْقِ عِنْدَ اللَّهِ » [أخرجه البخاري ومسلم]
"Mereka –umat terdahulu- apabila ada seorang lelaki shalih, atau hamba shalih meninggal dunia, mereka langsung membangun tempat peribadahan di atas kuburnya, dan menggambar gambar-gambar orang shalih tersebut. Mereka adalah makhluk yang paling jelek di sisi Allah". 

Oleh karena itu Nabi Muhammad Shallallahu’ alaihi wa sallam  melarang kuburan untuk dibangun, diduduki, dan shalat menghadapnya . Begitu juga Beliau melarang untuk mengkhususkan kuburan dan membangun bangunan di atasnya . Karena umat-umat yang terdahulu telah terjatuh dalam kesyirikan, maka Rasulullah Shallallahu’ alaihi wa sallam  mentahdzir (memberi peringatan, pent.) umatnya agar jangan sampai terjatuh dalam kesyirikan seperti yang dialami oleh umat terdahulu. Sesungguhnya umat ini akan mengikuti jalan-jalan umat terdahulu sebagaimana yang diisyaratkan oleh nabi dalam hadits yang lain. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَأْخُذَ أُمَّتِي بِأَخْذِ الْقُرُونِ قَبْلَهَا شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ- فَقِيلَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ كَفَارِسَ وَالرُّومِ. فَقَالَ: وَمَنْ النَّاسُ إِلَّا أُولَئِكَ » [أخرجه البخاري]
"Tidak akan tegak hari kiamat sampai umatku meniru kelakuan umat sebelumnya. Sejengkal demi sejengkal, dan sehasta demi sehasta". Ada seorang yang bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah seperti Persia dan Romawi?. Rasulullah menjawab, "Kalau manusia bukan mereka siapa lagi".

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam juga memperingatkan dalam sabdanya:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « لَيَأْتِيَنَّ عَلَى أُمَّتِي مَا أَتَى عَلَى بَنِي إِسْرَائِيلَ حَذْوَ النَّعْلِ بِالنَّعْلِ » [أخرجه الترمذي]
"Sungguh akan datang kepada umatku, apa yang datang pada bani Israil selangkah demi selangkah…..".

Maksudnya adalah menerangkan kekhawatiran Nabi terhadap umatnya akan terjatuh ke dalam kesyirikan seperti yang dialami oleh umat sebelumnya. Dimana mayoritas kesyirikan pada umat terdahulu, karena sebab kuburan dan mengibadahi orang shalih, maka Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam memperingatkan umatnya agar tidak terjatuh ke dalamnya. Bahkan Beliau memerintahkan untuk meratakan kuburan , tidak menulis nama di atas kubur , dan melaknat orang yang menyembelih kepada selain Allah Shubhanahu wa ta’alla .  Sebagai bentuk khawatirnya Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam terhadap umatnya agar tidak terjerumus dalam kesyirikan, sebagaimana terjadi pada umat-umat yang terdahulu.
Umat-umat yang terdahulu terjatuh dalam berbagai macam kesyirikan. Hasil dari berlebih-lebihan terhadap para nabi dan orang-orang shalih. Oleh karena itu telah ada peringatan dari nabi jauh-jauh hari mengenai hal itu. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « إِيَّاكُمْ وَالْغُلُوَّ فَإِنَّمَا هَلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ بِالْغُلُوِّ فِي الدِّينِ » [أخرجه النسائي]
"Hati-hatilah kalian dari berlebih-lebihan dalam agama. Sesungguhnya yang menghancurkan orang-orang sebelum kalian adalah berlebih-lebihan dalam agama".

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « هَلَكَ الْمُتَنَطِّعُونَ » [أخرجه مسلم]
"Celakalah orang-orang yang melampaui batas".
Begitu juga umat-umat terdahulu, mereka berbuat syirik dengan kesenangan. Telah berlalu peringatan agar tidak terjerumus dalam hal yang dilakukan umat terdahulu. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَى أُمَّتِي عَمَلُ قَوْمِ لُوطٍ » [أخرجه الترمذي]
"Sesungguhnya yang paling aku takutkan terhadap umatku adalah perbuatan kaum Luth". 

Telah lewat penjelasan bahwa hal itu termasuk bentuk kesyirikan dalam bab pertama . Semua ini adalah bentuk peringatan dari Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam terhadap kesyirikan dan jenis-jenisnya. Sebagai penjagaan terhadap sisi tauhid, Pada saat Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam memperingatkan umatnya agar tidak berbuat kesyirikan dengan segala bentuknya, saya akan menyebutkan di bawah ini contoh-contoh peringatan nabawiyah pada kesempatan berikut.


Pasal Pertama

Penjelasan Mengenai Contoh-contoh Kekhawatiran Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam Terhadap Umatnya Agar Tidak Terjatuh Dalam Kesyirikan yang Berkaitan dengan Dzat -Nya, Nama-nama -Nya, sifat-sifat -Nya, dan perbuatan -Nya, Serta Peringatan dari Kesyirikan

Diantara dalil yang menjelaskan hal ini ialah:
1.    Sabda Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam dalam sebuah hadits yang shahih:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « لا يزال عبدي يسأل عني هذا الله خلقني فمن خلق الله » [أخرجه ابن أبي عاصم]
"Senantiasa ada hamba -Ku yang bertanya tentang -Ku. Ini adalah Allah, lalu siapakah yang menciptakan Allah?". 

2.    Demikian pula yang tersirat secara jelas didalam sabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: إِنَّ أُمَّتَكَ لاَ يَزَالُونَ يَقُولُونَ: مَا كَذَا مَا كَذَا حَتَّى يَقُولُوا: هَذَا اللَّهُ خَلَقَ الْخَلْقَ فَمَنْ خَلَقَ اللَّهَ  » [أخرجه مسلم]
"Allah berfirman, Sesungguhnya umatmu senantiasa berkata. Apakah ini? Apakah itu? sampai-sampai mereka berkata:”Ini adalah Allah yang menciptkan makhluk, lantas siapakah yang menciptakan Allah?". 

3.    Keraguan seperti ini apabila menghujam dalam hati akan menyebabkan kesyirikan dalam dzat Allah ta’ala. Maka Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam memperingatkan agar tidak terjerumus dalam hal tersebut, dan menjelaskan kiat-kiat  agar manusia terjaga dari kesyirikan. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « إِنَّ الشَّيْطَانَ يَأْتِي أَحَدَكُمْ فَيَقُولُ: مَنْ خَلَقَ السَّمَاءَ  فَيَقُولُ: اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ  فَيَقُولُ: مَنْ خَلَقَ الْأَرْضَ  فَيَقُولُ: اللَّهُ، فَيَقُولُ: مَنْ خَلَقَ اللَّهَ. فَإِذَا أَحَسَّ أَحَدُكُمْ بِشَيْءٍ مِنْ هَذَا فَلْيَقُلْ آمَنْتُ بِاللَّهِ وَبِرُسُلِهِ » [أخرجه ابن أبي عاصم]
"Sesungguhnya setan mendatangi salah seorang diantara kalian sambil  berkata, "Siapa yang menciptakan langit? Dijawab, "Allah". Lantas setan bertanya lagi, "Lalu siapa yang menciptakan bumi?. Dijawab, "Allah". Setan bertanya lagi, "Siapa yang menciptakan Allah?.  Maka jika kalian merasakan hal tersebut hendaknya mengucapkan, "Saya beriman kepada Allah dan rasul -Nya".

Dalam sebuah riwayat disebutkan, bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « فَإِذَا وَجَدَ أَحَدُكُمْ ذَلك فَلْيَقُلْ آمَنْتُ بِاللَّهِ وَبِرُسُلِهِ » [أخرجه ابن أبي عاصم]
"Apabila salah seorang dari kalian mendapati hal seperti itu maka katakanlah, "Saya beriman kepada Allah dan rasul -Nya". 

Dalam riwayat yang lain, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « فَإِذَا بلَغَ من ذَلِكَ لِيَسْتَعِذ بالله ولْيَنتَه » [أخرجه مسلم]
"Apabila sampai pada hal tersebut hendaknya berlindung kepada Allah dan menghentikannya". 

Disebuah riwayat lagi Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « فَمَن وَجَدَ من ذَلِكَ شَيئًا - فَلْيَقُلْ: آمَنْتُ بِاللَّهِ » [أخرجه مسلم]
"Barangsiapa yang mendapatkan hal itu hendaknya mengatakan, "Saya beriman kepada Allah". 

Dalam riwayat lain, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « فإذا قالوا ذلك فقولوا (( الله أحد الله الصمد لم يلد ولم يولد ولم يكن له كفوا أحد )) ثم ليتفل عن يساره ثلاثا وليستعذ  بالله من الشيطان »   [أخرجه أبو داود]
"Jika setan membisiki seperti itu, maka katakanlah, "Allahu Ahad, Allahus Shamad, Lam yalid walam yulad, walam yakun lahu kufuwan ahad". Kemudian meludah kearah kirinya, dan meminta perlindungan (isti’adzah, pent.) kepada Allah dari setan". 

Masuk dalam kategori ini pula yaitu perasaan was-was dengan urusan Rabb. Adapun bimbingan yang diberikan oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hal itu, bahwasanya hal tersebut masih dalam kemurnian iman selama tidak melebihi batas dan tidak sampai mengatakannya. Sebagaimana termaktub dalam beberapa hadits berikut ini:
1.    Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Sekelompok sahabat mendatangi nya sambil mengadukan, "Wahai Rasulullah sesungguhnya kami mendapati dalam diri kami sesuatu yang akan menjadi perkara besar jika kami mengucapkannya". Nabi menegaskan, "Apakah benar kalian mendapatkan dalam hati? Mereka menjawab, "Benar". Nabi bersabda, "Itulah yang dinamakan iman yang jelas"..  Dikatakan dalam riwayat lain, "Itu adalah Iman yang murni".
2.    Dalam riwayat lain disebutkan, "Pernah suatu ketika ada seorang laki-laki mendatangi Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam seraya berkata, "Wahai Rasulullah, aku berbicara dengan diriku mengenai perkara Rabb yang mana aku ditimpa oleh langit lebih aku sukai daripada membicarakannya". Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Itulah iman yang murni".
3.    Dijelaskan dalam sebuah riwayat dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, "Ada seorang lelaki mendatangi Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam sambil berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku mendapati dalam diriku sesuatu yang mana aku menjadi arang , lebih aku cintai daripada membicarakannya". Maka Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Allahu Akbar, Segala puji bagi Allah yang mengembalikan perkaranya hanya sekedar was-was".  Masuk dalam kategori ini pula, kekhawatiran Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap umatnya agar tidak tersesat dalam permasalahan takdir, dan peringatan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam terhadapnya. Oleh karenanya ada beberapa riwayat yang menyebutkan:
4.    Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «أَخْوَفُ مَا أَخَافَ عَلَى أُمَّتِي ثَلاثَ: الاسْتِسْقَاءُ بِالأَنْوَاءِ  وَحَيْفُ السُّلْطَانِ  وَتَكْذِيبٌ بِالْقَدَرِ » [أخرجه أحمد]
"Ada tiga perkara yang paling aku takutkan menimpa umat ku, yaitu, meminta hujan kepada bintang-bintang, kelaliman  penguasa, dan mendustakan takdir".

Dalam riwayat yang lain, Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « إِنَّ لِكُلِّ أُمَّةٍ مَجُوسًا وَإِنَّ مَجُوسَ هذه الأُمَة القَدَرِية » [أخرجه ابن أبي عاصم]
"Sesungguhnya setiap umat ada Majusinya, dan Majusi umat ku adalah Qadariyah". 

Demikian pula disebutkan dalam sebuah hadits, bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « أُخِّرَ الْكَلامُ فِي الْقَدَرِ لِشِرَارِ أُمَّتِي فِي آخِرِ الزَّمَانِ » [أخرجه ابن أبي عاصم]
"Perbincangan terakhir dalam masalah takdir diucapnkan oleh umatku yang paling jelek kelak diakhir zaman".
Masuk dalam jenis ini pula, kekhawatiran nabi terhadap umatnya tertimpa kesombongan, yang mana hal itu adalah hak murni bagi Allah ta’ala. Maka Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam memperingatkan umatnya agar tidak terjerumus dalam kesombongan dengan sabdanya :

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « يقول الله عز وجل: العظمة إزاري، والكبرياء ردائي، فمن نازعني واحدا منهما عذبته » [أخرجه ابن أبي شيبة]
"Allah ta’ala berfirman dalam hadits qudsi, "Kemuliaan adalah izarku, dan kesombongan adalah selendangku, barangsiapa yang menggunakan salah satunya niscaya akan Aku adzab".

Termasuk dalam kategori ini juga, kekhawatiran Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam terhadap umatnya akan fitnah dajjal, yang menyeru bahwa ia adalah tuhan. Dajjal tersebut menjerumuskan manusia dalam fitnah yaitu menyekutukan Allah Shubhanahu wa ta’alla dengannya. Maka nabi memperingatkan umatnya dari hal tersebut, dalam sabdanya :
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « إني قد حذرتكم الدجال حتى قد خشيت أن لا تعقلوا إن مسيح الدجال قصير أفحج أعور ممسوح العين ليس بناتئة ولا جحراء فإن ألبس عليكم فاعلموا أن ربكم ليس بأعور وأنكم لن تروا ربكم حتى تموتوا » [أخرجه أبو داود]
“Sesungguhnya aku memperingatkan kalian dari Dajjal sampai-sampai aku takut kalian tidak memikirkannya. Sesungguhnya al-Masih Dajjal adalah seorang lelaki yang Afhaj (renggang kedua pahanya) , ad’aj (matanya hitam) , buta sebelah dan menonjol matanya , dan tidak ada yang menghalanginya. Apabila ia membuat keraguan kepada kalian maka ketahuilah bahwa Rabb kalian bukanlah seorang yang buta sebelah. Dan kalian tidak akan pernah melihat Rabb kalian sampai kalian meninggal".

         Senada dengan hadits diatas, ucapan Nabi Muhammad  Shalallahu ‘alaihi wa sallam:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « وَإِنَّهُ أَعْوَرُ وَإِنَّ رَبَّكُمْ لَيْسَ بِأَعْوَرَ » [أخرجه البخاري و مسلم]
"Sesungguhnya Dajal itu buta sebelah matanya, dan Rabb kalian bukanlah seorang yang buta sebelah".

Begitu pula peringatan Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam kepada umatnya akan fitnah Dajjal. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « أ تعلمون أنه لن يرى احدكم ربه حتى يموت » [أخرجه ابن أبي عاصم]
"Apakah kalian mengetahui bahwasanya salah seorang dari kalian tidak akan melihat Rabbnya sampai ia meninggal". 

Didalam hadits yang lain Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « مَنْ قَالَ أَنْتَ رَبِّي فَقَد فَتَنَ » [أخرجه أحمد ]
"Barangsiapa yang mengatakan, Engkau Rabbku, (kepada Dajjal) sungguh ia telah terfitnah (dengannya)".

Termasuk bagian ini, larangan Nabi Muhammad Shallallahu’ alaihi wa sallam terhadap pengakuan yang diklaim oleh makhluk berkaitan dengan kekhususan rububiyah, atau pengakuan dirinya memiliki sifat-sifat ketuhanan, dan peringatan agar tidak binasa dalam hal tersebut. Misalnya, disebutkan dalam sebuah hadits bahwa Rasulallah Shalallahu'alaihi wa sallam bersabda tentang tamimah (jimat):
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « مَنْ عَلَّقَ تَمِيمَةً فَقَدْ أَشْرَكَ » وفي رواية قال: « إِنَّ الرُّقَى وَالتَّمَائِمَ وَالتِّوَلَةَ شِرْكٌ » [أخرجه أحمد]
"Barangsiapa yang menggantungkan jimat, ia telah berbuat kesyirikan".  Dalam redaksi lain Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya ruqyah, tamimah, dan tiwalah adalah kesyirikan".

Hal senada juga Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam sabdakan sebagaimana dalam sabdanya mengenai Thiyarah (percaya mitos, pent.):

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « مَنْ رَدَّتْهُ الطِّيَرَةُ مِنْ حَاجَةٍ فَقَدْ أَشْرَكَ » [أخرجه أحمد]
 "Barangsiapa urung melanjutkan keperluannya dikarenakan percaya mitos, maka ia telah berbuat syirik". 

Dalam redaksi lain, Rasulullah bersabda, "Thiyarah adalah syirik".

Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam berbicara masalah sihir dalam sabdanya:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « من سَحَرَ فَقَد أَشْرَك ». وقال: «إنَهُ لَا يَسْتَغَاث بِي وَاٍنَما يَسْتغاث بالله» [أخرجه النسائي]
"Barangsiapa melakukan sihir, ia telah berbuat syirik".  Dan Rasulullah juga pernah bersabda,"Tidak boleh beristighatsah denganku, akan tetapi beristighatsah hanya kepada Allah".
Semua ini termasuk kesyirikan kepada Allah azza wa jalla dalam sifat  -Nya yang memiliki kemampuan yang sempurna.
Sebagaimana Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam memperingatkan kita agar tidak terjerumus kedalam perbuatan syirik kepada Allah ta’ala dalam sifat -Nya yaitu ilmu yang meliputi segala sesuatu. Didalam sebuah hadits Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «لَا يَدْرِي مَتَى يَجِيءُ الْمَطَرُ إِلَّا اللَّهُ» [أخرجه البخاري]
"Tidak ada seorangpun yang tahu kapan turunnya hujan kecuali Allah".

Dan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « مِفْتَاحُ الْغَيْبِ خَمْسٌ لَا يَعْلَمُهَا إِلَّا اللَّهُ » [أخرجه البخاري]
"Kunci-kunci ghaib ada lima, dan tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah".

Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « لَا يَعْلَمُ مَا فِي غَدٍ إِلَّا اللَّهُ » [أخرجه أحمد]
"Tidak ada yang mengetahui apa yang akan terjadi esok hari kecuali Allah".
Masuk dalam pembahasan ini ialah pemberitahuan Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam tentang jatuhnya umat manusia ke dalam ta’thil (mengingkari, pent.) secara umum terhadap rububiyah, dan uluhiyah Allah ta’ala pada hari kiamat. Dimana Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى لاَ يُقَالَ فِى الأَرْضِ اللَّهُ اللَّهُ » [أخرجه مسلم]
"Tidak akan tegak hari kiamat sampai tidak ditemukan lagi perkataan dimuka bumi, "Allah..Allah".














 Pasal Kedua

Contoh-contoh Kekhawatiran Nabi Muhammad Shallallahu’ alaihi wa sallam Terhadap Umatnya, Terjatuh Dalam Kesyirikan

Diantara contoh-contoh tersebut barangkali bisa diklasifikasikan sebagaimana dalam pembahasan berikut ini:
1.    Nabi Muhammad Shallallahu’ alaihi wa sallam telah memperingatkan umatnya agar tidak terjatuh ke dalam kesyirikan dengan menyembah berhala. Di antara hadits-hadits yang menerangkan hal tersebut adalah sebagai berikut:
a)    Sabda Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam yang mengisyaratkan hal tersebut,

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَضْطَرِبُ أليَات نِسَاء دَوْسٍ عَلى ذِي الخُلَصَة » [أخرجه البخاري ومسلم]
"Tidak akan tegak hari kiamat hingga wanita-wanita alyaat  suku Daus mengikuti Dzul Khalashah".

Abu Hurairah radhiyallahu 'alaihi wa sallam mengatakan, "Dzul Khalashah adalah sesembahan suku Daus yang disembah pada zaman jahiliyah dahulu".  Dzul Khalashah, yaitu dengan harakat fathah pada huruf Kha’ dan Lam. Ini adalah pengharakatan yang paling masyhur. Para ulama berbeda pendapat tentang hakekat Dzul Khalashah ini. Ada yang mengatakan, Al-Khalashah adalah tetumbuhan yang berbiji merah, seperti batu akik. Ada pula yang mengatakan, Dzul Khalashah adalah nama sebuah rumah yang dahulu terdapat berhala di dalamnya. Disebutkan Khalashah adalah nama sebuah rumah, dan nama berhalanya Dzul Khalashah.
Ada lagi yang mengatakan, Dzul Khalashah ialah nama dua berhala yang disebut Dzul Khalashah. Salah satunya milik suku Daus, dan yang kedua milik al-Khats’am dan beberapa suku lainnya dari kalangan arab. Adapun berhala milik suku Daus, itulah yang dimaksud dalam hadits ini. Dan tempat berhala itu masih dikenal hingga hari ini di kota Zahran (selatan Thaif), di sebuah tempat yang disebut Tsarwaq dari Daus. Dzul Khalashah terletak di dekat sebuah desa yang bernama Ramas, dengan harakat fathah di atas huruf Ra’ dan Mim .
Dan Sungguh apa yang dikabarkan oleh Nabi Muhammad Shallallahu’ alaihi wa sallam dalam hadits di atas telah terjadi. Karena Kabilah Daus dan sekitarnya telah terfitnah oleh Dzul Khalashah ketika kembalinya kebodohan ke kota tersebut. Para penduduknya kembali mengulangi catatan kelam masa lalu dengan menyembah selain Allah Shubhanahu wa ta’alla.
Hingga akhirnya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab menyebarkan dakwah tauhid kepada mereka. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam memperbarui perkara agama yang hilang, dan kembalilah Islam ke Jazirah Arab. Imam Abdul Aziz bin Muhammad bin Su’ud menegakkan dakwah dengan mengutus sekelompok da’i ke daerah Dzul Khalashah untuk merobohkan rumah berhala tersebut, dan menghancurkan sebagian bangunannya. Ketika selesai kekuasaan Alu Su’ud di daerah Hijaz pada waktu itu, kembalilah orang-orang bodoh kepada peribadahan syiriknya sekali lagi. Kemudian saat raja Abdul Aziz bin Abdurrahman Alu Syaikh menguasai Hijaz, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan pegawainya untuk ke sana. Maka Beliau mengutus sekelompok tentaranya untuk menghancurkan Dzul Khalashah, dan menghilangkan jejak-jejaknya. Segala puji bagi Allah Shubhanahu wa ta’alla atas karunia -Nya .
b)    Sabda Nabi Muhammad  Shalallahu ‘alaihi wa sallam dalam sebuah hadits yang shahih,

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « لاَ يَذْهَبُ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ حَتَّى تُعْبَدَ اللاَّتُ وَالْعُزَّى ». فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنْ كُنْتُ لأَظُنُّ حِينَ أَنْزَلَ اللَّهُ (هُوَ الَّذِى أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ) أَنَّ ذَلِكَ تَامًّا قَالَ « إِنَّهُ سَيَكُونُ مِنْ ذَلِكَ مَا شَاءَ اللَّهُ ثُمَّ يَبْعَثُ اللَّهُ رِيحًا طَيِّبَةً فَتَوَفَّى كُلَّ مَنْ فِى قَلْبِهِ مِثْقَالُ حَبَّةِ خَرْدَلٍ مِنْ إِيمَانٍ فَيَبْقَى مَنْ لاَ خَيْرَ فِيهِ فَيَرْجِعُونَ إِلَى دِينِ آبَائِهِمْ » [أخرجه مسلم]
"Tidak akan hilang siang dan malam (tegak hari kiamat. Pent) hingga disembahnya kembali Latta dan Uzza". Aisyah mengatakan, "Wahai Rasulullah, aku mengira ketika Allah Shubhanahu wa ta’alla menurukan firman -Nya:
(هُوَ ٱلَّذِيٓ أَرۡسَلَ رَسُولَهُۥ بِٱلۡهُدَىٰ وَدِينِ ٱلۡحَقِّ لِيُظۡهِرَهُۥ عَلَى ٱلدِّينِ كُلِّهِۦ وَلَوۡ كَرِهَ ٱلۡمُشۡرِكُونَ ٩ )  ]الصف : 9[
"Dialah yang mengutus Rasul -Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang musyrik membenci". (QS ash-Shaf : 9).

Aisyah bertanya, "Bukankah hal itu telah sempurna?. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, "Sesungguhnya hal tersebut terjadi sesuai dengan kehendak Allah azza wa jalla. Kemudian Allah Shubhanahu wa ta’alla mengirimkan angin yang baik, maka meninggallah seluruh orang yang masih menyimpan keimanan sebesar biji dzarah. Hingga tersisalah orang-orang yang paling jelek, mereka kembali kepada ajaran agama nenek moyangnya". 
c)    Sabda Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam yang berbunyi:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَلْحَقَ قَبَائِلُ مِنْ أُمَّتِي بِالْمُشْرِكِينَ وَحَتَّى تَعْبُدُ قَبَائل من أُمَتي الْأَوْثَانَ » [أخرجه أحمد]
"Tidak akan tegak hari kiamat sampai ada kabilah-kabilah umatku mengikuti kaum musyrikin, dan sampai ada kabilah-kabilah umatku yang menyembah berhala".

 Sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim tentang kiamat. Salah seorang sahabat berkata, "Aku mendengar Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « فَيَبْقَى شِرَارُ النَّاسِ فِى خِفَّةِ الطَّيْرِ وَأَحْلاَمِ السِّبَاعِ لاَ يَعْرِفُونَ مَعْرُوفًا وَلاَ يُنْكِرُونَ مُنْكَرًا فَيَتَمَثَّلُ لَهُمُ الشَّيْطَانُ فَيَقُولُ أَلاَ تَسْتَجِيبُونَ فَيَقُولُونَ فَمَا تَأْمُرُنَا فَيَأْمُرُهُمْ بِعِبَادَةِ الأَوْثَانِ وَهُمْ فِى ذَلِكَ دَارٌّ رِزْقُهُمْ حَسَنٌ عَيْشُهُمْ ثُمَّ يُنْفَخُ فِى الصُّورِ » [أخرجه مسلم]
”Akan tetap tinggal manusia yang paling buruk yang khawatir dengan suara burung dan binatang buas (percaya mitos pent), mereka tidak mengetahui hal-hal yang ma'ruf dan tidak mengingkari kemungkaran. Maka setan menyamar sebagai manusia dan menemui mereka sembari berkata, "Tidakkah kalian mengikuti?. Mereka menjawab, "Apa yang engkau perintahkan kepada kami?. Setan itu memerintahkan mereka untuk menyembah berhala. Sedangkan mereka berada di negeri yang baik penghidupannya, kemudian ditiuplah sangkakala".

2.    Termasuk dalam kasus ini ialah berita Nabi Muhammad  Shalallahu ‘alaihi wa sallam tentang keluarnya manusia dari keimanan dan kembali kepada kesyirikan.Disebabkan fitnah yang ditampakkan kepada mereka. Diantara riwayat-riwayat tersebut adalah sebagai berikut:
Sabda Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam,

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « إِنَّ بَيْنَ أَيْدِيكُمْ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ يُصْبِحُ الرَّجُلُ فِيهَا مُؤْمِنًا وَيُمْسِي كَافِرًا وَيُمْسِي مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا » [أخرجه أبو داود]
"Sesungguhnya di hadapan kalian menanti ujian-ujian (fitnah) seperti potongan malam yang gelap gulita. Pada pagi hari seorang masih mukmin, akan tetapi sore hari menjadi kafir. Ada yang sore hari beriman, pada pagi harinya kafir".

3).    Masuk pembahasan ini ialah kabar yang Nabi Muhammad  Shalallahu ‘alaihi wa sallam sampaikan yaitu berkaitan tentang umatnya yang akan mengikuti hawa nafsu sampai-sampai hawa nafsu menguasai akal pikiran. Mereka berjalan mengikuti di belakang hawa nafsunya. Kemudian nabi menyebutkan di antara bentuk-bentuk mengikuti hawa nafsu adalah merasa condong kepada dunia, beribadah kepada dunia, dan seluruh tampilannya yang memukau yaitu harta yang berharga, dinar-dinar, dirham-dirham, dan selainnya.
 Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « تَعِسَ عَبْدُ الدِّينَارِ تَعِسَ عَبْدُ الدِّرْهَمِ تَعِسَ عَبْدُ الْخَمِيصَةِ تَعِسَ عَبْدُ الخَمِيلَة» [أخرجه البخاري ]
"Celaka hamba dinar, celaka hamba dirham, celaka hamba khomishah, celaka hamba khamilah..".

Dalam hadits yang lain Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « إِنَّ لِكُلِّ أُمَّةٍ فِتْنَةً وَإِنَّ فِتْنَةَ أُمَّتِي الْمَالُ » [أخرجه أحمد ]
"Setiap umat memiliki ujian, dan sesungguhnya  ujian bagi umatku adalah harta..”.
Ucapan senada juga pernah Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya,

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « أَخَشَى عَلَيْكُمْ أَنْ تُبْسَطَ عَلَيْكُمْ الدُّنْيَا كَمَا بُسِطَتْ عَلَى مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ » [أخرجه البخاري ومسلم ]
"(Akan tetapi) yang aku takutkan menimpa kalian adalah dihamparkannya dunia sebagaimana dihamparkan pada umat-umat sebelum kalian".

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Sungguh-sungguh akan ditimpakan kepada kalian dunia".  Dalam kesempatan lain Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Hati-hatilah terhadap dunia…".
Sungguh benar apa yang di sabdakan oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam tentang apa yang Beliau khawatirkan terhadap kita. Pada saat ini manusia terjebak dengan dunia. Mereka tidak peduli dengan agama jika bertepatan dengan hasil keduniaan. Bahkan banyak manusia yang membeli dunia dengan agamanya. Betapa banyaknya manusia yang menjual dirinya demi menyambut panggilan dunia. Tidak ada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan -Nya.