Daun-Daun Yang Berguguran

Daun-Daun Yang Berguguran

Daun-Daun

Yang Berguguran

 

أوراقٌ مُتساقِطةٌ

باللغة الإندونيسية

 

Pengarang:

Hakam bin Adel Zummo Al-Nuwairy Al-Aqily

 

Pengantar:

Hassan bin Abd-Allah Al-Qaoud

 

Penerjemah:

Syarif Hidayatu-Allah

 

 

 

 

“Sesunggunya kejayaan suatu bangsa itu ditentukan oleh akhlaknya, jika akhlak telah hilang dari mereka maka hilang pula kejayaannya”.

-Ahmad Syauqi-

 

 

 

 

Persembahan

Kepada setiap warga masyarakat

agar pohon masyarakat tumbuh dan berkembang

dengan izin Allah Swt.

 

 

 

 

Hakam Adel Hassan Zummo Al-Nuwairy Al-Aqily 1444 H

Katalogisasi Perpustakaan Nasional Raja Fahd selama publikasi

Al-Aqily, Hakam bin Adel bin Hassan Zummo Al-Nuwairy

Daun-Daun Yang Berguguran / Hakam bin Adel bin Hassan Zummo Al-Nuwairy Al-Aqily, Cetakan Pertama, Riyadh, 1444 H

75 Halaman

ISBN 3-4594-04-603-978

Kritik dan saran ke alamat

Dewey 213, 1444/5670

 

Nomor Registrasi       : 1444/5670

ISBN                            : 3-4594-04-603-978

 

 

Daftar Isi

 

SEKAPUR SIRIH

KATA PENGANTAR

PENDAHULUAN

Helai Daun Keluarga

Helai Daun Shalat dan Masjid28

Helai Daun Pekerjaan

Helai Daun Umum

Penutup

 

 

SEKAPUR SIRIH

 

Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga tercurah kepada nabi dan rasul yang paling mulia, nabi kita Muhammad Saw. dan keluarganya serta seluruh sahabatnya.

Ini adalah helaian bacaan yang mewarnai dan melembutkan hati, menerangi jalan, menghangatkan hati orang-orang yang menginginkan kebaikan dan perubahan di tengah masyarakatnya. Helaian ini berbicara tentang benih masyarakat yaitu keluarga, keteladanan orang tua bagi anak-anaknya, kebaikan anak-anak kepada orang tuanya, dan hal-hal lain yang membentuk akhlak keluarga sehingga menjadikan pembaharuan masyarakat atas karunia Allah Swt. Helaian ini membahas tentang shalat yang mempunyai peranan penting dalam memberikan kesejahteraan masyarakat, karena merupakan tiang agama dan penyangga sudutnya. Helaian ini juga membahas tentang aspek praktis masyarakat, budi pekerti, dan makalah bermanfaat lainnya.

 

وخريف لسبيل الظلم

#

أوراقُك لربيع العلم

فأتيت بأوراق الفهم

#

اي (حكم) سقطت أوراق

مجتنبا لصفات الذم

#

أوراق تبني مجتمعا

وتقوّم ما اعوج بإثم

#

تتناول أوصاف فعال

لتنظف جيلا من سُم

#

تتساقط أوراق خصال

من قبل وقد عدت لنظم

#

أبدعت بنظمك لكتب

بالعلم وآداب تحمي

#

فكتبت كتابا مزدهرا

 

Helaianmu ibarat musim semi bagi ilmu pengetahuan # 

Dan musim gugur untuk jalan kegelapan

 

Wahai Hakam, helaian dedaunan telah berguguran #  

maka engkau datang membawa helaian pemahaman

 

Helaian yang membangun masyarakat # 

menghindari sifat-sifat tercela

 

Helaian daun yang memancarkan sinar kebaikan #

 dan engkau meluruskan segala yang bengkok karena dosa

 

Helai-helai dedaunan yang elok telah berguguran # 

Untuk membersihkan satu generasi dari tuba dan marabahaya

 

Engkau membuat helaian daun baru yang indah dalam tulisan #

Engkau kembali lagi menyusun gubahan

 

Engkau pun menulis buku yang berhiaskan puspa jelita #

 Yang penuh dengan pengetahuan dan etika yang melindungi

 

 

 

 

Kami memohon kepada Allah agar buku ini bermanfaat bagi seluruh masyarakat, dapat saling membantu satu sama lain, hingga kapal menyeberang dengan selamat ke pantai Kebajikan.

 

 

Ditulis oleh orang yang mengharap ampunan Tuhannya

Hassan bin Abd-Allah Al-Qaoud

Riyadh pada tanggal 10 Syaban 1443 H

 

 

KATA PENGANTAR

 

Segala puji bagi Allah, puji-pujian yang sesuai dengan keagungan-Nya, serta shalawat dan salam tercurah kepada orang yang diutus Allah dengan akhlak yang sempurna dan sifat-sifat yang mulia.

Tuhan menciptakan manusia dari laki-laki dan perempuan dan menjadikan mereka berbangsa-bangsa, bersuku-suku, dan bermasyarakat. Dia titipkan pada mereka melalui para rasul-Nya, risalah (tuntunan), hukum, moral, dan nilai-nilai yang mengatur hubungan individu satu sama lain. Meskipun hanya sebagian kecil, diwariskan dari generasi ke generasi dan masyarakat. Namun seiring berjalannya waktu dan disintegrasi masyarakat yang dipengaruhi oleh faktor internal atau eksternal,[1] serta kurangnya teladan yang positif dan berpengaruh, beberapa nilai-nilai dan akhlak tersebut telah larut dan gugur dari pohonnya, bagaikan daun-daun layu yang berguguran dari pohonnya pada musim gugur, dan kita berlindung kepada Tuhan agar masyarakat kita terjaga di masa-masa terakhir hidupnya -karena banyaknya pelanggaran yang kita lihat- pelanggaran tersebut mulai meningkat pada masa sekarang ini dengan beberapa kategorinya.

Tidaklah mengherankan jika pohon norma mempunyai arti yang sangat penting dalam kehidupan suatu bangsa dan masyarakat, karena ia merupakan kompas kebenaran dan penopang kehidupan. Jika cabang-cabangnya subur dan sejahtera, maka masyarakat menjadi baik, tetapi jika daun-daunnya tercerai-berai dan layu, maka ia akan hancur dan korup, dan masyarakat pun akan rusak. Jika beberapa nilai terdistorsi atau ditinggalkan, maka masyarakat akan menderita, dan mengalami kemunduran yang sama besarnya atau lebih besar lagi. Karena, cacat apa pun pada suatu norma atau karakter akan berdampak negatif pada norma-norma dan moral lainnya. Hal itu menyebabkan seseorang melakukan tindakan penyimpangan dalam dirinya dan mencoba mengguncangnya atau meninggalkan semuanya.

Sudah bukan rahasia lagi bahwa norma mempunyai kedudukan yang tinggi, kehormatan yang luhur, dan kedudukan yang mulia dalam semua agama, terlebih lagi dalam agama Islam yang benar. Risalah Rasulullah datang dengan tujuan yang luhur dan abadi, yang paling utama pilarnya adalah norma dan akhlak, sebagaimana beliau bersabda: “Sesungguhanya aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak”.

Dalam riwayat lain disebutkan: “etika yang baik.”[2] Beliau juga bersabda: “Tidak ada yang lebih berat timbangan orang mukmin di hari kiamat daripada akhlak yang baik, dan Allah membenci perkataan buruk dan hina.”[3]

Rasulullah Saw. bersabda: “Sesungguhnya orang yang terbaik di antara kalian adalah yang paling baik akhlaknya.”[4]

Akhlak yang baik merupakan salah satu sebab masuk surga, sebagaimana Rasulullah Saw. ditanya tentang perbuatan apa yang paling banyak membawa manusia masuk surga. Beliau bersabda: “Takut kepada Allah dan akhlak yang baik”[5]

Rasulullah juga bersabda: “Orang beriman dapat menyamai kedudukan orang yang berpuasa dan qiyamullail dengan akhlaknya yang baik.”[6] Akhlak yang baik akan menjadikan seseorang menjadi yang paling dekat kedudukannya di hari kiamat dengan Rasulullah Saw., sebagaimana beliau bersabda: “Orang yang paling aku sayangi dan paling dekat denganku kedudukannya di hari kiamat adalah orang yang palik baik akhlaknya di antara kalian.”[7]

Buku ini membahas manifestasi paling penting dari kelemahan dan gugurnya norma-norma masyarakat Islam dan Arab khususnya. Semoga, dengan pertolongan Allah, buku ini dapat berkontribusi dalam menjelaskan beberapa perilaku dan kesalahan ini, agar masyarakat dapat menghindari atau setidaknya membatasi kesalahan tersebut. Saya menyusunnya dengan gaya penyampaian yang sederhana dengan memilih contoh-contoh dan bahasa yang mudah untuk dipahami. 

Apa yang benar itu datangnya dari rahmat dan hidayah Allah, dan apa yang salah atau kurang itu semata-mata berasal dari jiwa yang berdosa ini atau dari bisikan setan yang terkutuk. Sebagai penutup, saya memohon kepada Allah untuk melindungi seluruh masyarakat kita dari bencana dan dari moral yang buruk, dan semoga Allah memberikan kita balasan yang terbaik.

 

Pengarang

Hakam Zummo Al Aqily

07 Rabi’ul Awal 1443 H

 

PENDAHULUAN

 

Dalam buku ini, banyak kata yang akan muncul dalam bentuk maskulin: “dosen”, “orang-orang” [lk.], “para lelaki”, “sesorang” [lk.], “guru”, “penanggung jawab”, dan “karyawan.” Di sini saya seringkali mencantumkan cerita dan fakta serta kemungkinan kejadian, baik dari jenis kelamin laki-laki maupun perempuan, sebagaimana firman Allah: “Dan Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang beriman,”[8] dan firman Allah: “Sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat kebaikan.[9] Kata jamak “orang-orang beriman” dan “orang-orang yang berbuat kebaikan” disebutkan dalam kedua ayat tersebut dalam bentuk jamak maskulin ("المؤمنين" و "المحسنين"), dan tidak disebutkan dalam bentuk jamak feminin ("المؤمنات" و "المحسنات"), yang berarti “perempuan beriman” dan “perempuan yang berbuat baik”, karena makna ayat-ayat tersebut dan dalil syariat menunjukkan bahwa teks laki-laki juga mencakup perempuan, kecuali ada pernyataan atau dalil lain, seperti dalam firman Allah: “Dan suruhlah wanita-wanita yang beriman agar menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan mereka…”[10]

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Helai Daun Keluarga

 

Pada bab ini, saya mengumpulkan untuk anda teks-teks yang berhubungan dengan keluarga. Bukan rahasia lagi bagi semua orang bahwa keluarga sangatlah penting, karena keluarga adalah landasan pertama dalam membangun masyarakat. Dengan baiknya keluarga, maka menjadi baiklah masyarakat, dan dengan rusaknya keluarga, maka masyarakat akan menjadi rusak dan hancur. Tidak mengherankan jika “musuh” akan berusaha menguasai keluarga terlebih dahulu, dan mengarahkan sebagian besar anak panahnya ke sana. Semoga Allah mencegah rencana buruk mereka untuk menghancurkan keluarga kita, dan melindungi seluruh keluarga kita, serta memenuhi hati keluarga kita dengan kenyamanan, ketenangan, dan cinta.

 

 

 

 

  1. Yang Pertama: “Helaian Keteladanan”

 

Seorang ayah atau ibu, mungkin salah satu anaknya durhaka dalam suatu hal, atau melakukan suatu dosa, atau memperlihatkan akhlak yang buruk, sehingga mereka mendoakan yang buruk dan bukannya mendoakan yang baik. Mereka lupa akan sabda Rasulullah Saw.: "Jangan berdoa untuk kecelakaan atas diri kalian, jangan kalian berdoa untuk kecelakaan anak-anak kalian, jangan kalian berdoa untuk kecelakaan harta kalian. Jangan sampai kalian meminta sesuatu (keburukan) kepada Allah lalu bertepatan dengan waktu Dia mengabulkan doa kalian".[11]

Betapa banyak tragedi yang kita dengar tentang anak-anak yang meninggalkan rumahnya, terkena kecelakaan mobil yang mengerikan dan meninggal seketika karena doa ayah atau ibunya, dan sebagainya. Marilah kita berhati-hati dan selalu mendoakan anak-anak kita agar mendapatkan petunjuk dan kebaikan.

 

  1. Kedua:

 

Seorang ayah atau ibu melarang anaknya berbuat sesuatu yang buruk, misalnya berbohong, dan menghukum mereka karena hal itu. Ini adalah perbuatan yang baik, namun terkadang di kemudian hari mereka atau salah satu dari mereka melakukan hal yang dilarangnya, seperti ayah melarang merokok, tetapi dia melakukannya di depan anak-anaknya. Saya ingin membisikkan di telinga para orang tua dan pendidik, apa yang dikatakan penyair:

لَا تَنْهَ عَنْ خُلُقٍ وَتَأْتِيَ مِثْلَهُ  #  عَارٌ عَلَيْكَ إِذَا فَعَلْتَ عَظِيْمٌ

Jangan melarang seseorang melakukan sesuatu, sedangkan kamu melakukannya #

Sungguh sangat memalukan jika kamu juga melakukannya

 

 

 

 

  1. Ketiga:

 

Sebuah keluarga memberikan banyak pekerjaan kepada pembantu atau sopir, mereka sibuk dari terbit fajar hingga tengah malam, mulai dari menyiapkan sarapan, mengantar dan menjemput anak sekolah, memasak makan siang, menyiapkan kopi dan teh sepanjang waktu, membersihkan rumah dan pekarangan luar, mencuci mobil dan menyiram tanaman, dan sebagainya, namun anda memberikan gaji bulanan mereka beberapa kali tertunda. 

Rasulullah Saw. bersabda: “Saudara-saudaramu adalah penjagamu. Allah telah menempatkan mereka di bawah tanganmu. Barang siapa yang memegang [tanggung jawab atas] saudaranya, hendaklah dia memberinya makan dengan apa yang dia makan, dan memberinya pakaian dengan apa yang dia kenakan. Jangan membebani mereka dengan apa yang di luar kemampuannya. Jika kalian menugaskan mereka, maka bantulah mereka.”[12]

  1. Keempat: “Helaian Penghematan”

 

Sebuah keluarga atau sekelompok teman pergi ke sebuah restoran untuk menikmati makanan, minuman, dan hidangan penutup. Ketika selesai, mereka menyisakan kelebihan makanan yang terkadang melebihi apa yang mereka makan. Apakah ini karena virus pamer telah menjangkiti kita, terlebih lagi setelah munculnya media sosial?!, ataukah karena ketidaktahuan dan kurangnya rasa syukur terhadap anugerah Tuhan yang banyak diingkari manusia?! Allah Swt. berfirman: “Makan dan minumlah, dan janganlah kamu berlebih-lebihan! Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang berlebihan.[13]

 

 

 

 

  1. Kelima: “Helaian Berbakti”

Anak-anak pandai bergaul dengan teman-temannya dan sangat berhati-hati menjaga perasaan teman-temannya., Mereka gemar melontarkan kata-kata indah di situs media sosial. Responnya baik dan terukur, tetapi begitu salah satu orang tua mereka meminta sesuatu, mereka merasa jengkel dan marah. Mereka berbakti layaknya basa-basi saja agar terlihat baik [di mata orang lain], dan seolah mereka memiliki hati yang putih terhadap keluarga mereka. Mereka telah mengabaikan firman Allah Swt.: “Maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, serta ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik”,[14] dan itu sesuai dengan perkataan penyair:

جَعَلْتَ جَزَائِيْ غِلْظَةً وَفَظَاظَةً  #   كَأَنَّكَ أَنْتَ الْمُنْعِمُ الْمُتَفَضِّلُ

Engkau membalasku dengan keras dan kasar # seolah-olah Engkau adalah pemberi belas kasihan

 

  1. Keenam: “Helaian Kasih Sayang”

 

Suami-istri, ketika terjadi perselisihan dalam keluarga, mereka bertengkar dan berselisih. Perselisihan tersebut bahkan tak jarang berujung pada perceraian dan perpisahan, sehingga menghancurkan keutuhan keluarga dan meninggalkan anak-anak. Mereka lupa akan sabda Rasulullah Saw.: “Janganlah seorang mukmin membenci seorang mukminah. Jika si pria tidak menyukai suatu akhlak pada si wanita, hendaklah ia melihat sisi lain yang ia ridhai”[15] dan hadits Rasulullah Saw.: “Siapa pun perempuan yang meminta talak kepada suaminya tanpa ada alasan maka haram baginya mencium aroma surga”.[16]

 

 

 

 

  1. Ketujuh: “Helaian Ihsan (berbuat baik)”

Orang tua bekerja keras dalam membesarkan anak-anaknya, mengatasi setiap masalah, mengorbankan harta, mencurahkan kasih sayang, dan perhatian. Sampai ketika tiba masanya anak-anak mereka tumbuh lebih kuat, mereka menjalani hidup dengan tentram dan sejahtera. Masing-masing dari mereka menjadi mandiri dalam kehidupannya, memiliki rumah baru dan membangun keluarganya, ini adalah harapan utama setiap orang tua dalam hidup. 

Namun ketika orang tua telah mencapai usia lanjut dan sangat membutuhkan perawatan dari anak-anak mereka, sebagian anak mengingkari kebaikan dan tidak cukup sabar dalam mengabdi dan merawat orang tuanya, dan mungkin menitipkan mereka di panti jompo. Dia melupakan perintah Allah Yang Maha Kuasa: “Rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua (menyayangiku ketika) mendidik aku pada waktu kecil.”[17]

 

  1. Kedelapan: “Helaian Perlindungan”

 

Seorang suami atau bapak pulang kerja, kemudian makan lalu tidur sebentar. Ketika bangun, ia bersiap-siap keluar menemui teman-temannya di kafe. Dia begadang bersama mereka hingga larut malam, kemudian pulang ke rumah dalam keadaan lelah dan tertidur seperti mayat tak bernyawa. Demikian seterusnya, tanpa mempertimbangkan kebutuhan dan hak istrinya, seperti makanan, pakaian, perawatan, nasehat, dan bimbingan. Dia lupa dengan hadits Rasulullah Saw.: “Cukuplah seseorang itu berdosa bila dia menyia-nyiakan orang yang menjadi tanggungannya”.[18]

 

 

  1. Kesembilan: “Helaian Ingkar Terhadap Suami

Seorang istri lupa akan kebaikan suaminya kepadanya, dan selalu melihatnya dengan rasa benci dan muka cemberut. Mungkin hal ini yang dimaksud Rasulullah dalam sebuah hadits: "Wahai kaum wanita! Bersedekahlah kamu dan perbanyaklah istighfar, karena, aku melihat kaum wanitalah yang paling banyak menjadi penghuni neraka." Seorang wanita di antara mereka bertanya dengan menderu, "Wahai Rasulullah, kenapa kaum wanita yang paling banyak menjadi penghuni neraka?" Rasulullah Saw. bersabda: "Kalian banyak mengutuk dan mengingkari (pemberian nikmat dari suami[19] dan Rasulullah Saw. menjelaskan tentang arti tidak bersyukur kepada pasangan dengan sabdanya: “Jika kamu terus berbuat baik kepadanya dalam waktu yang lama, padahal dia [istri] melihat kebaikan itu darimu, tetapi dia berkata; 'Saya tidak pernah melihat kebaikanmu sedikitpun."[20]

 

  1. Kesepuluh: “Helaian Pendidikan”

 

Seorang istri atau ibu melewatkan awal hari dalam keadaan hibernasi dan terbangun pada saat matahari akan terbenam. Kemudian dia segera menemui tetangga atau temannya dan menghabiskan waktu yang lama bersama mereka. Dia mempercayakan tugas kepada pembantu untuk menyiapkan makan siang dan menyambut anak-anak ketika mereka kembali dari sekolah. Ketika mereka pulang, dia sibuk dengan media sosial. Ketika malam tiba, dia bersiap untuk keluar lagi untuk mengunjungi si anu dan si anu [temannya], dan dia pulang terlambat tanpa tahu apa-apa tentang kondisi anak-anaknya atau suaminya, dan begitu seterusnya hampir setiap hari dalam seminggu. Kemudian dia bertanya-tanya, dan masyarakat ikut bertanya-tanya, bagaimana bisa anak-anaknya terlibat dalam tindak kriminal, narkoba, atau akhlak buruk. Jelas, karena mereka adalah didikan pembantu dan bukanlah didikan seorang ibu!!

 

 

 

 

 

 

 

 

-Selesai-

Segala puji bagi Allah atas selesainya bab ini

Helai Daun Shalat dan Masjid

 

Dalam bab ini, saya kumpulkan untuk anda teks-teks yang berkaitan dengan shalat dan masjid. Tidak dapat dipungkiri lagi tentang pentingnya shalat, karena shalat itu adalah tiang agama dan penopang yang kokoh, dengan melakukannya di masjid-masjid sesuai dengan tuntunan syariat, itu akan menjadi cara yang sempurna.

 

 

 

  1.  Kesebelas: “Helaian Shalat”

 

Orang-orang menghabiskan waktunya dengan menonton televisi, bermain kartu, atau bermain sepak bola dengan teman-temannya, dan ketika waktu shalat tiba, mereka tidak menghiraukannya, mereka melanjutkan hiburan dan permainan atau apa pun kesibukan mereka, akhirnya shalat mereka terlambat dari waktunya atau terkadang melewatkannya. Saya ingin mengingatkan mereka dengan mengutip firman Allah Swt.: “Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang melalaikan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui ghayya.”[21]

Melalaikannya berarti meninggalkannya sama sekali atau menundanya melebihi batas waktunya, dan kata “ghayya” adalah nama sebuah lembah di neraka Jahanam. Kita berlindung kepada Allah.

 

  1.  Kedua Belas:

 

Seseorang mengganggu jamaah shalat dengan bau mulut, baju atau kaus kaki. Dengan begitu, dia tidak saja mengganggu jamaah, namun dia juga mengganggu para malaikat Allah, sebagaimana beliau bersabda: “Barang siapa makan bawang merah, bawang putih, atau daun bawang, janganlah dia mendekati masjid kita, karena para malaikat terganggu dengan apa yang mengganggu anak Adam”.[22]

Maka hendaknya kita semua berhati-hati dalam menjaga kebersihan badan dan pakaian kita sebelum memasuki mushola atau masjid, khususnya pada waktu-waktu shalat berjamaah, seperti shalat jumat, shalat idul fitri, dan idul adha.

 

 

  1.  Ketiga Belas:

 

Sebelum shalat Jumat, seorang laki-laki menyediakan tempat untuk orang lain [teman atau orang istimewa lainnya, red.] di belakang imam, di sebelah kanan atau kirinya. Hal ini tidak boleh dan merupakan perampasan tempat, karena orang yang datang lebih dahulu lebih berhak atas tempat itu daripada orang yang belum datang.[23] Apalagi tindakan ini mendorong rasa malas. Lalu di mana teman yang diistimewakan itu ketika ada perintah Rasulullah Saw. untuk datang lebih awal untuk shalat jumat, di mana beliau bersabda: “Siapa yang mandi pada hari jum'at kemudian membersihkan dirinya dari najis, lalu pergi bersegera ke masjid, maka seolah-olah ia berkurban dengan menyembelih unta; Siapa yang datang pada urutan kedua, seolah-olah dia menyembelih seekor sapi; Siapa yang datang pada urutan ketiga, seolah-olah dia menyembelih seekor domba jantan; Siapa yang datang pada urutan keempat seolah-olah dia menyembelih seekor ayam; dan siapa yang datang pada urutan kelima seolah-olah dia menyembelih telur.”[24]

 

 

  1.  Keempat Belas:

Seorang laki-laki melompati pundak orang lain yang sedang duduk pada hari jum'at untuk mendapatkan shaf (barisan) pertama. Di sini saya ingatkan apa yang disabdakan Rasulullah Saw. kepada laki-laki yang datang dan melompati pundak orang lain pada hari jumat ketika Rasulullah Saw. sedang berkhutbah, kemudian Rasulullah Saw. bersabda kepadanya: Duduklah, karena kamu telah merugikan orang lain.[25]

Bentuk lain yang merugikan jamaah adalah yang dilakukan sebagian orang dengan meninggikan suara bacaan Al-Qur'an atau berbicara dengan temannya tentang hal-hal duniawi di dalam masjid. Hal ini dilarang oleh Rasulullah Saw., dengan sabda beliau: “Wahai manusia, semuanya di antara kalian berbicara dengan Tuhannya, maka janganlah kalian berbicara dengan suara keras dengan mengaji, dan kamu merugikan orang-orang yang beriman”.[26]

 

  1.  Kelima Belas:

 

Seorang laki-laki datang terlambat shalat jumat, dan memarkir mobilnya di tengah jalan, lalu setelah shalat selesai dan jamaah mulai keluar, mungkin ada yang tidak bisa mengeluarkan mobilnya, karena pemilik mobil itu masih di dalam dan tidak bersegera keluar untuk memindahkan mobilnya untuk menghindari kerumunan dan gangguan. Dia tidak sadar, dengan berbuat demikian, ia telah merugikan orang lain dan mendapatkan dosa padahal sebenarnya dia menginginkan kebaikan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

-Selesai-

Segala puji bagi Allah atas selesainya bab ini

 

 

Helai Daun Pekerjaan

 

Dalam bab ini, saya kumpulkan untuk anda teks-teks yang terkait dengan dunia kerja dan dunia usaha, baik pemerintah maupun swasta, yang merupakan pilar dan penopang perekonomian. Kita tidak melupakan peran bersejarah dan mulia yang dimainkan oleh para pedagang muslim pertama yang menyebarkan islam di Kawasan Asia Tenggara, bukan dengan pedang, tetapi dengan akhlak baik mereka dan kejujuran dalam memperlakukan orang lain, bahkan dengan mereka yang berbeda agama.

 

 

 

  1.  Keenam Belas:

 

Seorang dosen di sebuah universitas memperlakukan mahasiswanya dengan cara yang pilih kasih, diskriminatif, atau nepotisme. Siapa pun yang disukainya akan diberi nilai baik meskipun dia tidak pantas mendapatkannya; dan sebaliknya, siapa pun yang tidak disukainya, maka akan gagal dalam mata kuliahnya. Saya tidak mengatakan bahwa ini adalah hal buruk yang paling umum, namun berapa banyak mahasiswa yang tidak bersalah yang terkena dampak dari sikap dosen ini, mempengaruhi nilai mereka atau mengakibatkan mereka tertunda kelulusannya selama satu tahun atau lebih.

 

 

 

  1.  Ketujuh Belas:

 

Seorang dosen di sebuah universitas tidak dapat menyampaikan informasi dan menjelaskan pelajaran dengan baik. Namun, dia keras kepala dalam memilih tema yang sulit dan ketat dalam mengoreksi. Tidak ada mahasiswa yang mendapat nilai sempurna darinya, kecuali beberapa, dan nilai rata-rata mahasiswa sangat rendah. Tidakkah dosen ini tahu bahwa perilaku ini menyakiti mahasiswanya, dia membuat banyak dari mereka gagal atau memaksa mereka untuk gagal, tidak mengambil mata kuliah dan mendaftarkan ulang ke dosen lain?!!

 

 

 

  1.  Kedelapan Belas: “Helaian Transparansi”

 

Sebuah kantor pemerintah tidak memiliki panduan mengenai standar layanan dan cara menyediakannya, tidak ada yang mengetahui secara pasti surat-surat dan dokumen apa saja yang diperlukan untuk melakukan dan menyelesaikan suatu transaksi, tidak ada transparansi. Satu transaksi memerlukan waktu berbulan-bulan untuk diselesaikan. Anda bahkan mungkin perlu mengambil cuti untuk mengurus transaksi ini atau memberikan surat kuasa kepada orang lain untuk mengurus transaksi anda.

 

 

 

  1.  Kesembilan Belas:

 

Seorang hakim mendasarkan putusannya pada hal-hal yang bersifat umum atau beberapa keputusan yurisprudensi yang menyimpang, sehingga orang yang memiliki hak menjadi kehilangan haknya. Dia telah melupakan salah satu aspek yang terpenting dalam prinsip syariah, yaitu menegakkan keadilan dan mengembalikan hak yang dirampas kepada pemiliknya.

 

 

  1.  Kedua Puluh: “Helaian Keadilan”

 

Seorang hakim tidak adil dalam putusannya dan memanipulasi narasi demi keuntungan pribadinya atau kepentingan salah satu lawannya, dan mungkin dia tidak adil dalam putusannya karena salah satu lawannya berasal dari bangsa, kota, atau suku yang sama dengannya, atau kenalannya. Dia telah lalai dengan sabda Rasulullah Saw.: “Ada tiga hakim, dua di neraka dan satu di surga. Seorang laki-laki yang mengetahui kebenaran, kemudian dia mengadili, dia akan berada di surga; dan seorang laki-laki yang mengadili manusia dengan ketidaktahuannya akan masuk neraka; dan [demikian halnya] orang yang mengetahui kebenaran tetapi zalim dalam memutuskan akan masuk neraka”.[27]

 

  1.  Kedua Puluh Satu: “Helaian Keadilan”

 

Perusahaan dan toko sengaja menunda gaji karyawannya berbulan-bulan, namun menuntut karyawan tetap bekerja penuh waktu, tetap dengan produktivitas tinggi, dan penjualan tinggi. Mereka menerima hak penuh dari karyawannya, tetapi mereka tidak menyadari bahwa ini adalah dasar kezaliman (ketidakadilan). Kami menyerukan mereka untuk kembali kepada kebenaran dan memberikan hak kepada karyawannya. Sebagaimana disebut dalam sabda Rasulullah Saw.: “Kezaliman akan menjadi kegelapan di hari kiamat”.[28]

 

 

 

  1.  Kedua Puluh Dua: “Helaian Pendidikan”

 

Seorang guru mengulang ujian demi ujian kepada murid-muridnya, tanpa alasan lain selain untuk mendapatkan nilai yang belum mereka dapatkan, dengan sepengetahuan dan restu dari pihak administrasi sekolah. Mari kita kembali sedikit ke belakang dan bertanya pada diri sendiri, apa tujuan ujian? jawabannya adalah: tujuan dan inti dari ujian ini adalah untuk mengukur pemahaman dan kinerja siswa, dan tujuannya bukanlah agar semua orang memperoleh nilai yang mendekati sempurna. Belum lagi ujian-ujian tersebut dipermudah dan dipersingkat sedemikian rupa sehingga kehilangan arti penting dan kredibilitasnya untuk mengukur kemampuan. Dulu ujian-ujian tersebut diambil langsung dari buku, tetapi sekarang dengan tambahan dan singkatan, dan telah ditunjukkan dengan kata-kata “perhatikan kata yang digarisbawahi!”. Maka pendidikan seperti apa yang diharapkan masyarakat dari praktik seperti itu?!

 

  1.  Kedua Puluh Tiga:

 

Seorang pejabat memberikan perintah dan arahan secara lisan kepada bawahannya dalam rapat atau melalui telepon. Ketika terjadi kesalahan, ia melimpahkan kesalahan dan tanggung jawab tersebut kepada pegawai yang diperintahkannya. Dia mengingkari tanggung jawab dan lupa bahwa seharusnya dialah yang bertanggung jawab, kesalahan itu adalah akibat dari arahan dan keputusannya yang salah, sehingga terjadi ketidakadilan dan melimpahkan kesalahan kepada orang yang tidak bersalah. Kami peringatkan dia dan orang-orang yang sepertinya dari apa yang diperingatkan oleh Rasul kita: “Kezaliman akan menjadi kegelapan di hari kiamat.”[29]

 

 

 

  1.  Kedua Puluh Empat:

 

Seorang pejabat diangkat berdasarkan nepotisme semata, dan tidak memperhatikan kualifikasi, pengalaman, dan prestasi yang dibutuhkan untuk pekerjaan dalam jabatan itu. Dengan demikian, dia mengabaikan hak-hak orang yang kompeten, merampas hak administratif, kompetensi, keahlian serta profesionalitas dari negara dan masyarakat. Hal ini sangat merugikan kinerja negara, merusak kompetensi, dan juga menyia-nyiakan amanah yang dipercayakan kepadanya. Demi Allah, dia akan diminta pertanggungjawabannya pada hari yang sulit nanti, belum lagi dengan apa yang akan terjadi padanya di dunia ini jika aib dan faktanya terbongkar dan bau busuknya tercium.

 

 

 

 

 

  1.  Kedua Puluh Lima:

 

Seorang karyawan terlambat masuk pada jam kerja resmi yang telah ditentukan, tetapi dia menuntut penuh semua hak keuangannya, kemudian dia merasa kecewa dan menuduh pimpinan perusahaan telah berbuat zalim kepadanya karena memotong gajinya.

 

 

 

  1.  Kedua Puluh Enam:

 

Seorang karyawan dengan sengaja menunda pemeriksaan suatu transaksi, atau setiap saat dia selalu meminta dokumen baru kepada auditor yang tidak berhubungan langsung dengan prosedur transaksi, tujuannya agar memaksa orang yang melakukan transaksi untuk memberinya uang tambahan (tip), atau hadiah lainnya. Dia lupa bahwa dosa mereka semua ada padanya jika dia termasuk orang yang membiarkan hal itu, dan dengan menanggung dosa suap dan siksanya di hadapan Allah.

 

 

 

 

 

  1.  Kedua Puluh Tujuh:

 

Seorang karyawan datang terlambat pada shift-nya, lalu tak lama kemudian beberapa klien mendatanginya hingga dia beralasan ingin shalat dzuhur. Ketika dia kembali ke kantornya setengah jam atau lebih setelah melaksanakannya, anda menganggapnya sebagai beban, karena hanya menyelesaikan sedikit pekerjaan, padahal di depan pintunya terdapat banyak klien mengantri berdesakan. Dia melupakan sabda Rasulullah Saw.: “Ya Allah, siapa saja yang mengurusi urusan dari umatku, lalu ia membuat susah umatku, maka susahkanlah dia”.[30] Apa beratnya melayani para klien dan tidak menunda-nunda melayani mereka, agar mereka tidak harus bolak-balik untuk menyelesaikan urusan mereka?!

 

 

 

  1.  Kedua Puluh Delapan:

 

Seorang karyawan menghabiskan sebagian besar waktu kerjanya untuk mengobrol dengan rekan-rekannya atau mondar-mandir, hanya sedikit pekerjaan yang terselesaikan. Jika berhasil menyelesaikannya, maka dia menyelesaikan dengan hasil buruk, tanpa kreativitas dan tanpa keseriusan, kemudian dia menuntut promosi dan bonus penuh!!

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

-Selesai-

Segala puji bagi Allah atas selesainya bab ini

 

 

 

Helai Daun Umum

 

Dalam bab ini, saya telah mengumpulkan untuk anda sisa daun-daun berguguran, yang menjadi perhatian sebagian besar masyarakat, dan salah satu dari kita mungkin suatu hari nanti akan dihadapkan pada beberapa situasi ini, jadi saya ingin memperingatkan tentang hal itu agar bisa hilang atau diminimalisasi bahayanya.

 

 

 

  1.  Kedua Puluh Sembilan:

 

Orang-orang di meja pernikahan dan acara selalu memiliki banyak makanan berlebih, dan dibuang ke tempat sampah dan kantong sampah. Jika anda memasak secukupnya yang anda butuhkan dari awal, kelebihan ini tidak akan besar jumlahnya. Saran saya, takutlah kepada Allah, berhematlah sedari awal, ambillah makanan sebanyak yang diperlukan, dan jika ada yang berlebih, maka berikanlah kepada badan amal    untuk menyalurkan makanan ini kepada orang miskin dan yang membutuhkan di jalan dengan cara yang baik, pada waktu yang tepat, dan dalam kondisi baik.

 

 

 

  1.  Ketiga Puluh: “Helaian Menepati Janji”

 

Orang yang berjanji dan tidak menepati, misalnya seseorang berkata kepada temannya, “kita bertemu malam ini di tempat si anu (temannya),” lalu dia tidak pergi, ketika temannya menegurnya, dia berkata, "saya lupa" dan temannya tahu di lubuk hatinya yang terdalam bahwa dia berbohong dan tidak lupa, tetapi dia malas atau sibuk, jadi dia menggunakan alasan untuk lupa. Yang lebih buruk dari itu adalah dia menggunakan kata kehendak Allah dengan mengatakan “insya Allah”. Sayangnya bagi sebagian orang kata ini menjadi tidak berharga karena sering dijadikan alasan untuk mengingkari janji.

Di sini saya tidak keberatan dengan kata “jika Allah menghendaki” (insya Allah). Saya juga tidak menyerukan untuk menolak mengatakan demikian atau meninggalkannya sama sekali, tetapi saya berharap agar kata-kata itu dihormati dan berusaha untuk mematuhinya semaksimal mungkin. 

 

Mari kita jelaskan dengan kembali ke contoh kita sebelumnya. Ketika teman kita berkata: “insya Allah” kemudian dia masuk ke mobilnya, lalu Allah menetapkan bahwa dia harus menjadi cacat karena kecelakaan lalu lintas atau sesuatu yang lain, dan dia datang terlambat atau tidak bisa datang sama sekali, maka dalam situasi ini tidak ada yang menyalahkannya. Berarti Allah tidak menginginkannya bertemu temannya. Ada banyak contoh di bagian ini, hampir tidak ada masyarakat yang tidak mengalaminya. Karena hal tersebut telah menjadi sebuah fenomena dan dilema yang terjadi di masyarakat.

 

 

 

  1.  Ketiga Puluh Satu: “Helaian Amanah”

 

Ada orang yang berbuat curang dalam beberapa aspek kehidupannya. Ada siswa yang mencontek tugas dari teman sekelasnya dan mencontek dalam menjawab ujian. Ada pula penjual yang memajang produk terbaik pada etalase dagangannya, tetapi ketika pelanggan meminta sesuatu, dia mencampur produk yang baik dengan yang buruk. 

Beberapa bengkel dan montir memperbaiki mobil, tetapi setelah digunakan selama beberapa hari, mobil itu kembali rusak seperti sebelum diperbaiki. Beberapa praktisi kesehatan meresepkan banyak obat untuk pasien, dan meminta pasien untuk melakukan beberapa tes dan analisis yang tidak perlu hanya demi uang. 

Beberapa insinyur dan kontraktor memanipulasi gambar teknik dan jumlah material. Setelah beberapa saat bangunan itu retak, mengalami penurunan permukaan tanah atau kerusakan lainnya, dan praktik-praktik lainnya yang mengandung unsur penipuan. 

Hal ini telah diperingatkan oleh Rasulullah Saw. ketika beliau melewati penjual makanan dan memasukkan tangannya ke dalamnya, dan jari-jarinya menjadi basah dan berkata: “Apa ini, wahai pemilik makanan?” Dia berkata: “Terkena air hujan wahai Rasulullah”. Kemudian Rasulullah bersabda: “Mengapa kamu tidak meletakkannya [makanan yang rusak terkena air itu] di atas makanan ini agar dapat dilihat orang? Siapa pun yang curang bukanlah termasuk golonganku.”[31]

 

 

  1.  Ketiga Puluh Dua:

 

Orang-orang menonton pertandingan sepak bola atau pertandingan lainnya, mereka berteriak-teriak dan bertengkar satu sama lain demi sebuah tim, baik tim yang menang ataupun kalah. Kami mengingatkan mereka bahwa ini hanyalah sebuah pertandingan atau permainan di mana anda tidak mendapatkan keuntungan atau kerugian. Jika tim menang, mereka menerima penghormatan dan penghargaan, sedangkan anda tidak akan menerima apa pun. Begitu juga ketika tim kalah, mereka akan menerima kerugian dan ejekan, sedangkan anda juga tidak akan mendapatkan semua itu. 

Pertandingan ini adalah hanya untuk hiburan dan bersenang-senang, bukan untuk bertengkar dan bermusuhan. Betapapun berbedanya kita dalam hal yang kita cintai dan puja, tetaplah ada rasa hormat dan persahabatan di antara kita, meskipun kita berbeda pendapat dalam suatu masalah, atau berbeda pilihan dalam suatu masalah, maka janganlah sampai merusak persahabatan.

  1.  Ketiga Puluh Tiga: “Helaian Kebersihan”

 

Orang-orang membuang sampah di mana pun mereka tinggal atau bepergian. Dari dalam mobil seseorang membuka jendela mobilnya dan mungkin melemparkan tisu, kotak jus, atau sejenisnya. Beberapa orang menemukan tumpukan sampah di depan pintu mereka tercecer, tetapi tidak memasukannya ke dalam tempat sampah, hanya menunggu mobil kebersihan dari pemerintah kota. 

Jika anda pergi ke taman umum, atau suatu tempat di hutan, anda akan melihat bahwa orang-orang pergi meninggalkan tempat tersebut dengan membiarkannya menjadi tempat yang penuh sampah karena banyaknya sisa makanan, gelas kertas, dan kantong plastik, sehingga tempat tersebut menjadi tidak nyaman dan tidak ada orang lain yang dapat menikmatinya kecuali setelah dibersihkan. Di sini beban petugas kebersihan semakin bertambah, dan bukannya terbantu. 

 

Mari kita bantu mereka membuang semua sampah ke dalam plastik besar dan membuangnya ke wadah terdekat. Semua tindakan membuang sampah sembarangan tersebut bertentangan dengan pendekatan Islam yang menganjurkan dan menghendaki kebersihan. Rasulullah Saw. bersabda: “Iman itu ada tujuh puluhan cabangnya, yang paling utama adalah perkataan لا إله إلا الله (tiada tuhan selain Allah), dan yang paling rendah adalah menyingkirkan bahaya dari jalan.”[32]

Rasulullah Saw. juga bersabda: "Sungguh aku melihat seseorang yang bersenang-senang di dalam surga karena ia memotong pohon yang berada di tengah jalan yang mengganggu orang lewat.”[33] Itulah besarnya balasan bagi orang yang menyingkirkan bahaya. Maka bayangkan bagaimana besarnya hukuman bagi orang yang dengan sengaja menyebarkan keburukan?! Rasulullah Saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah itu bersih dan menyukai kebersihan; Mulia dan menyukai kemuliaan; Murah hati dan menyukai kemurahan hati. Maka bersihkanlah halaman rumahmu, dan janganlah kamu meniru orang-orang Yahudi.”[34]

 

 

  1. Ketiga Puluh Empat: “Helaian Kepatuhan Hukum”

 

Orang-orang hidup dalam masyarakat kita, tetapi kebiasaan mereka selalu melanggar hukum dan adat-istiadat. Misalnya datang dengan tergesa-gesa, melanggar lampu lalu lintas dan memotong antrian. Ada sekelompok orang menutup jalan atau mengganggu lalu lintas untuk merayakan Hari Nasional atau acara lainnya. Ada yang mencoba melewati antrian di bank atau antrian di sebuah kantor. Ada pula orang lain mencoba membeli suatu barang melebihi jumlah yang diizinkan. Ini hanyalah puncak gunung es, karena fenomena ketidakpatuhan terhadap hukum atau ketidakpedulian terhadap perasaan orang lain.

 

 

 

  1.  Ketiga Puluh Lima: “Helaian Perkenalan”

Ada tetangga yang hampir tidak mengenal tetangga di sekelilingnya. Jika ia melihat tetangganya dari jauh atau bertemu di masjid, cukuplah ia memberi isyarat salam, dan jika mereka saling bertatap muka, maka itu hanyalah salam, tanpa pernah mengajak ke rumahnya untuk minum kopi atau teh dan menanyakan kabar keadaannya. 

Di sini saya tidak menggeneralisasi fenomena ini pada semua orang. Tetapi fenomena ini tersebar luas di satu tempat atau di satu lingkungan. Kita lebih sering menemukannya di kalangan laki-laki daripada di kalangan perempuan. Saya mengingatkan kepada semua orang dengan mengutip nasehat Jibril ‘alaihis salam untuk berbuat baik terhadap tetangga, sebagaimana Rasulullah Saw. bersabda: “Tidak henti-hentinya Jibril memberikan wasiat kepadaku tentang tetangga sehingga aku menduga bahwa ia akan menjadikan tetangga sebagai ahli waris.”[35]

  1.  Ketiga Puluh Enam: “Helaian Lingkungan”

 

Seorang tetangga yang tetangganya tidak aman dari bahaya yang menimpa dirinya dan anak-anaknya, dia memarkir mobilnya di depan pintu tetangganya berkali-kali, atau anak-anaknya bermain di dekat pintu rumahnya. Mungkin mereka telah memecahkan kaca mobilnya atau merusak tanamannya dengan lemparan bolanya. Belum lagi suara-suara yang mengganggu siang dan malam. Tidakkah tetangga seperti itu tahu bahwa dia dalam bahaya besar?!! Rasulullah Saw. bersabda: “Demi Allah dia tidak beriman, demi Allah dia tidak beriman, demi Allah dia tidak beriman. Lalu ditanyakan: “Siapakah wahai Rasulullah?” Beliau bersabda: “Barangsiapa yang tetangganya tidak merasa aman dari kejahatannya”.[36]Dalam riwayat Imam Muslim redaksi haditsnya mengatakan: “Tidak akan masuk surga orang yang membuat tetangganya tidak merasa aman karena kejahatannya”[37]

Adapun “tidak beriman” yang dimaksud di sini bukan pengingkaran terhadap Allah dengan kekafiran, melainkan ini menunjukkan kekurangan dan tidak sempurnanya iman.

 

 

  1.  Ketiga Puluh Tujuh:

 

Seseorang menyembelih hewan setiap kali ada tamu yang datang kepadanya, meskipun mereka berada di kota yang sama. Di sini saya tidak melarang kedermawanan atau menyerukan sifat kikir atau pelit, tetapi untuk melakukan itu, ia meminjam, membebani dirinya dengan hutang, dan membebani dirinya dengan yang di luar batas kemampuannya. Di sisi lain, dia mengepalkan tangannya untuk keluarga dan anak-anaknya dengan alasan kemurahan hati. Dalam hal ini saya ingin mengatakan, hormati tamu anda dengan apa yang tersedia dan janganlah berlebih-lebihan dengan kemurahan hati atau berlebihan dalam jamuan. Penghormatan kepada tamu utamanya dilakukan dengan keceriaan, ramah tamah, dan muka yang berseri-seri, meskipun dengan jamuan makan seadanya.

 

 

  1.  Ketiga Puluh Delapan:

 

Seseorang membayar sejumlah uang sebagai tip kepada pelayan atau pekerja hotel, tetapi ketika dia menemukan orang miskin, dia tidak memberinya apa pun, jika dia memberinya sesuatu, dia memberi seadanya. Ketika dia melewati seorang penjual sederhana di pinggir jalan dan melakukan tawar-menawar, dia menawar dan membeli barang tersebut dengan harga murah yang tidak munguntungkan, tidak mencukupi kebutuhannya serta kebutuhan keluarganya.

 

 

 

 

  1.  Ketiga Puluh Sembilan: “Helaian Bantuan”

 

Seorang laki-laki tua sedang berjalan sendirian di jalanan sambil membawa tas besar. Para pemuda di lingkungan itu melihatnya, namun tidak ada satupun dari mereka yang datang untuk memberinya bantuan. Mereka mengabaikan sabda Rasulullah Saw.: “Siapa yang menolong saudaranya, maka Allah akan menolongnya sebagaimana ia menolong saudaranya”.[38]

 

 

  1.  Keempat Puluh: “Helaian Loyalitas”

 

Seorang pria berbuat baik kepada kerabatnya dan membantunya memulai bisnisnya sendiri. Setelah hari-hari berlalu dan waktu berubah, pria ini meminta bantuan kepada kerabatnya. Dia berjanji untuk berdiri di sisi pria tersebut dan mengatasi kesulitan untuknya, namun kenyataannya bantuannya kurang dari yang seharusnya, dan jauh dari yang diharapkannya.

 

 

 

  1.  Keempat Puluh Satu: “Helaian Pemberian”

 

Seseorang yang dikaruniai Allah dengan nikmat yang besar, seperti uang dan jabatan, kemudian dia melihat sanak saudara di sampingnya sangat membutuhkan uang untuk memenuhi kebutuhan keluarganya seperti untuk tempat tinggal atau pendidikan anak-anaknya, namun dia tidak mengulurkan tangan untuk menolongnya. Jika dia menolongnya, dia memberinya hanya sedikit dari apa yang dibutuhkan. Dia lupa akan sabda Rasulullah Saw.: “Sedekah kepada orang miskin bernilai satu sedekah, dan sedekah kepada saudara mendapat dua pahala yaitu pahala sedekah dan pahala menyambung silaturrahim”.[39]

 

 

 

  1.  Keempat Puluh Dua:

 

Seorang pria pergi ke tempat prasmanan. Dia mengisi satu piring dengan makanan pembuka; piring lainnya dengan hidangan utama; dan piring ketiga dengan makanan penutup. Lalu dia bangkit dari kursinya dan tidak makan setengah atau seperempat dari makanan yang diambil itu. Dia tidak bertanggung jawab atas semua makanan yang diambilnya. Dia makan sepuasnya seperti hewan ternak di tengah padang rumput yang subur?!, dan dia lupa bahwa banyak orang miskin menginginkan satu gigitan saja dari hidangan lezat ini.

 

 

 

  1.  Keempat Puluh Tiga: “Helaian Persahabatan”

 

Seorang pria mencaci kerabat atau temannya karena perselisihan kecil, dan melupakan sepuluh tahun dan hari-hari indah di antara mereka. Di sini kami mengingatkannya pada pepatah Arab, bahwa dengan pertemanan, “roti dan garam akan mudah bagimu” yang berarti bahwa dengan pertemanan kita akan terhindar dari kelaparan. Saya juga menasihatinya dengan nasihat penyair Bashar bin Burd, yang berkata:

 

إِذَا كُنْتَ فِيْ كُلِّ الْأُمُوْرِ مُعَاتِبًا   #  صَدِيْقَكَ لَمْ تَلْقَ الَّذِيْ لَا تُعَاتِبُهُ

فَعِشْ وَاحِدًا أَوْ صِلْ أَخَاكَ فَإِنَّهُ  #  مُقَارِفُ ذَنْبٍ مَرَّةً وَمُجَانِبُهُ

وَمَنْ ذَا الَّذِيْ تَرْضَى سُجَايَاهُ كُلَّهُ  #  كَفَى الْمَرْءَ نُبْلًا أَنْ تُعَدَّ مَعَايِبُهُ

 

Jika engkau selalu melihat aib pada diri sahabatmu, maka engkau tak akan menemukan seorang sahabat pun yang tak memiliki aib.

 

 

Maka hiduplah sendirian atau jalinlah hubungan dengan saudaramu. Yang sesekali melakukan kesalahan, dan di lain waktu menjauhi kesalahan tersebut.

 

Adakah orang yang seluruh perangainya benar-benar bisa diterima? Seseorang cukup untuk disebut mulia meskipun ia masih memiliki aib.

 

  1.  Keempat Puluh Empat:

 

Seseorang yang hanya menyapa orang yang dikenalnya, termasuk rekan kerja, tetangga, atau orang yang lewat, ia hanya membalas salam kepada orang-orangnya sendiri, kenalannya, atau orang-orang yang mempunyai hubungan dengannya. Dia lupa akan firman Allah: “Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah Maha memperhitungankan segala sesuatu”.[40]Atau dia lupa hadis ini: “Bahwa ada seorang laki-laki yang bertanya kepada Rasulullah Saw., “Islam manakah yang terbaik?” Beliau bersabda: “Kamu menghidangkan makanan dan kamu menyampaikan salam kepada orang-orang yang kamu kenal dan kepada orang-orang yang tidak kamu kenal”.[41]

 

  1.  Keempat Puluh Lima:

 

Seorang laki-laki tidak menolak seseorang yang meminta pinjaman, apalagi jika mereka termasuk keluarga dan kenalannya. Namun ada pula di antara mereka yang menunda-nunda untuk mengembalikan hutangnya padahal mereka mampu. Mereka tidak mengetahui dengan melakukan hal tersebut, mereka mungkin menghalangi orang-orang yang berbuat baik untuk melanjutkan perbuatan baik mereka. Sabda Rasulullah Saw.: “Menunda-nunda membayar hutang bagi orang yang mampu (membayar) adalah kezaliman”.[42]

 

 

  1.  Keempat Puluh Enam:

 

Seseorang datang dengan tergesa-gesa, memarkir mobilnya di samping toko kelontong atau restoran, dan menghalangi orang lain. Beberapa menit berlalu orang ini belum juga muncul. Mobil lain tidak dapat bergerak dan menyebabkan kemacetan di jalan. Ketika orang tersebut datang, dia tidak menunjukkan ekspresi penyesalan atau permintaan maaf. Bukankah lebih baik dia memarkir mobilnya dengan tertib agar tidak merugikan orang dan mengganggu mereka?!!.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

-Selesai-

Segala puji bagi Allah atas selesainya bab ini

 

 

 

 

Penutup

 

Sebagai penutup, saya bersyukur sepenuhnya kepada Allah Swt. atas kelancaran bagi saya dalam menyusun kitab ini dengan baik. Semoga kitab ini dapat memberi manfaat bagi semua masyarakat, dan semoga Allah selalu menunjukkan kita jalan kebenaran dan moral yang baik. Allah Yang Maha Murah Hati dan Yang Maha Mulia, doa terakhir kami adalah segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, dan salam atas para rasul, semoga rahmat Allah senantiasa menyertai Nabi kita Muhammad Saw., kepada keluarganya, dan semua sahabatnya.

 

 

 

- Segala puji bagi Allah -

 

 

[1] Contoh faktor internal keadaan perekonomian suatu masyarakat (namun tidak terbatas pada hal itu), sedangkan faktor eksternal yang kami sebutkan adalah: kolonialisme, keterbukaan terhadap budaya dunia melalui film dan drama, atau melalui aplikasi media sosial yang merambah setiap rumah dan anggota masyarakat.

[2] Disahihkan oleh Al-Albani dalam Al-Silsilah Al-Sahih (45)

[3] Sahih diriwayatkan oleh Al-Tirmidzi dalam Al-barr (2003) dan Abu Dawud dalam Al-Adab (4799) al badziy adalah yang berkata buruk dan perkataan hina

[4] Muttafaq ‘alaih: diriwayatkan oleh Bukhori dalam Al-Manaqib (3559) dan Mulis dalam Al-Fadhail (2321)

[5] Sahih diriwayatkan oleh Al-Tirmidzi dalam Al-barr (2004) dan Ibn Majah dalam Azzuhd (4246)

[6] Sahih diriwayatkan Abu Daud dalam A-Adab (4798)

[7] Hasan diriwayatkan oleh Al-Tirmidzi dalm Al-Barr (2018)

[8] Surat Ali Imran ayat 171

[9] Surat Hud ayat 115

[10] Surat An-Nur ayat 31

[11] Sahih riwayat Al-Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ (7267)

[12] Diriwayatkan oleh Bukhari dalam Al-Iman (30)

[13] Surat Al-A'raf ayat 31

[14] Surat Al-Isra ayat 23

[15] Diriwayatkan oleh Muslim dalam Al-Radha’ (1469)

[16] Disahihkan oleh Al-Al-Albani dalam Ghayat al-Maram (263)

[17] Surat Al-Isra ayat 24

[18] Diriwayatkan oleh Abu Dawud dalam shilat al-rahim (1692) dan dinilai hadis hasan oleh Al-Al-Albani

[19] Diriwayatkan oleh Muslim dalam Al-Iman (79)

[20] Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam Al-Iman (29)

[21] Surat Maryam ayat 59

[22] Diriwayatkan oleh Muslim dalam bab Masjid (564), dan hal ini dengan jelas disebutkan mengenai kehadiran seseorang ke masjid yang mengeluarkan bau-bauan yang kurang sedap, seperti bau keringat atau rokok.

[23] Syekh Ibnu Baz rahimahullah, dalam jawabannya menjawab pertanyaan: Bolehkah memesan tempat di belakang imam pada hari jumat, beliau menjawab: Masjid adalah rumah Allah yang disiapkan untuk beribadah dan mentaati-Nya, seperti Shalat dan lain-lain, maka tidak boleh ada seorang pun yang membatasi diri pada apa yang ada di belakang imam, maupun apa yang ada di belakangnya, di sebelah kanannya atau di sebelah kirinya. Baris yang pertama adalah untuk orang yang lebih dahulu datang, Rasulullah Saw bersabda: “Seandainya manusia mengetahui nikmatnya mengumandangkan Adzan dan berdiri di baris pertama, niscaya mereka akan melakukan undian untuk mendapatkan keistimewaan tersebut”. Mereka akan berlomba-lomba untuk mendapatkannya; jadi tidak boleh merampas suatu tempat, dan tidak ada hak bagi orang yang merampasnya, karena orang yang lebih dahulu datang lebih berhak untuk menempati dan maju ke depan”.

[24] Diriwayatkan oleh Al-Bukhari pada bab Jumat (881), Muslim pada bab yang sama (850) dan Abu Dawud pada bab Thaharah (351), siapa yang mandi junub pada hari Jumat, artinya mandi seperti mandi junub.

[25] Sahih riwayat Abu Dawud dalam bab Shalat Wajib (1118) dan Al-Nasa’i pada bab Jumat (1399)

[26] Sahih Al-Al-Albani dalam Al-Silsilah Al-Sahihah (455/7)

[27] Sahih riwayat Al-Al-Albani dalam Sahih Al-Jami' (4436), dan Syekh Ibnu Baz rahimahullah menyebutkan penjelasannya mengenai hadits ini sebagai berikut: Ini menandakan adanya bahaya, hal tersebut memerlukan Kehati-hatian dan kesabaran sampai seseorang mengetahui kebenaran dan memutuskannya, maka siapa yang mengetahui kebenaran dan memutuskannya, maka dia akan masuk surga, karena dia melakukan kebaikan, bermanfaat bagi manusia, dan menyampaikan kebenaran kepada manusia, maka dialah yang mendapat surga, dialah yang mendapat pahala yang besar, karena yang mengadili dengan ilmu. Adapun orang yang mengadili dengan zalim, dan mengetahui bahwa itu ada perbuatan zalim, atau karena ketidaktahuan, maka dia diancam dengan neraka.

[28] Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam Al-Mazhalim (2447)

[29] Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam Al-Mazhalim (2447)

[30] Diriwayatkan Muslim dalam Al-Imarah (1828)

[31] Diriwayatkan oleh Muslim dalam Bab Iman (102)

[32] Muttafaq ‘alaih, diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam Bab Iman (9) dan Muslim di dalamnya (35)

[33] Diriwayatkan oleh Muslim dalam Menghilangkan Bahaya di Jalan (1914)

[34] Dilemahkan oleh Al-Al-Albani dalam Da’if Al-Jami’ (1616) Hal ini diperhitungkan karena keaslian maknanya, meskipun lemah

[35] Muttafaq ‘alaih, diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam Al-Adab (6015), dan Muslim dalam Al-Birr, was shilat wal Adab (2624)

[36] Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam Al-Adab (6016), dan Al-Bawaiq: Bentuk Jamak dari Baiqah, yaitu jahat dan merugikan

[37] Diriwayatkan oleh Muslim dalam Al-Iman (46)

[38] Diriwayatkan oleh Muslim dalam Dzikir, doa, taubat, dan istighfar (2699)

[39] Disahihkan oleh Al-Al-Albani dan diriwayatkan oleh Al-Nasa’i dalam sedekah kepada kerabat (2582) dan oleh Al-Tirmidzi dalam Zakat (658)

[40] Surat An-Nisa ayat 86

[41] Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam Al-isti’dzan (6236)

[42] Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam Al-Istiqradh (2400)

Daun-Daun Yang Berguguran

Скачать

О книге

Автор :

Hakam A. Zummo Al-Aqily

Издатель :

www.islamland.com

Категория :

Этика и нравственность