Islam Adalah Agama keselamatan

Islam Adalah Agama keselamatan

Islam Adalah Agama keselamatan
الإسلام دين السلام باللغة الإندونيسية


Abd Ar-Rahman As-Syiiha

Penerjemah
European Islamic Research Center (EIRC)
& Muhammed Fikri Aziz
 www.islamland.com

 


بسم الله الرحمن الرحيم
Pendahuluan:

Segala puji bagi Allah tuhan semesta alam, shalawat dan salam atas nabi kita Muhammad صلى الله عليه وسلم, keluarganya, serta para sahabatnya.
Sebelum terbitnya cahaya islam, dunia dipenuhi dengan peperangan yang telah mengorbankan jutaan manusia, dan menghapus rasa aman dan tentram dari kamus kehidupan mereka.
 Apabila kita alihkan pandangan kepada daratan eropa, maka akan kita dapati bahwa tak ada satu negara pun yang memiliki batasan yang tetap dari hari ke hari, akan tetapi setiap negara berusaha untuk mengalahkan negara yang lainnya, mereka menetapkan pajak atas negara yang kalah sebagai tanda kekuasaan dan gencatan senjata, sehingga tersebar kebencian antar sesama manusia, yang berawal dari perbedaan warna kulit, agama, atau golongan dalam satu agama tertentu, keuntungan duniawi, ataupun ras dan suku.
Pada saat itu tidak ada satupun yang menghargai kehidupan seorang manusia baik dari kalangan pasukan yang berperang atau para rakyat biasa yang tidak ikut berperang, tidak ada pula yang menghormati hak – hak seorang tawanan, bahkan sering kali mereka disembelih begitu saja, tak ada satu pun yang menghargai harta dan kehormatan manusia, bahkan seringkali harta mereka, dan istri – istri mereka dijarah, anak  - anak mereka dijual di pasar – pasar budak, saat itu manusia sama sekali tidak mengenal kata keselamatan dan ketenangan, yang mereka tau hanyalah perang, teror, ketakutan, penjajahan, perbudakan, kezaliman, dan kelaliman.
Sebelum datangnya islam, manusia tak mengenal arti sebuah kebebasan beragama, dimana seorang bebas memilih agama yang ia yakini, akan tetapi peraturan yang ada saat itu adalah “ Agama seseorang harus sesuai dengan agama rajanya “, tak ada seorang pun yang berada di bawah kekuasan bizantium memeluk agama Persia yang merupakan musuh bebuyutan mereka, kecuali mereka akan dianggap sebagai pengkhianat, demikian pula keadaan orang – orang yang berada di bawah kekuasaan Persia, mereka tidak boleh memeluk agama kecuali agama yang diyakini oleh raja mereka, jika tidak, ia akan dianggap sebagai seorang pengkhianat, dan akan dijatuhi hukuman mati.
Bahkan permusuhan itu terjadi antara dua golongan yang berada dalam satu agama, sehingga menghasilkan banyak peperangan antara pemeluk agama nasrani dari golongan ortodok, katolik, dan golongan – golongan yang lainnya. Dimana pada saat itu manusia berkeyakinan bahwa semua orang yang berbeda denganmu adalah teroris, zindik, atau pengkhianat yang harus dibunuh atau ditahan.
Rasulullah Muhammad صلى الله عليه وسلم mensifati keadaan dunia yang dipenuhi dengan kegelapan, kezaliman dan kesyirikan kepada Allah, beliau bersabda:
 إنَّ اللهَ أتى أهلَ الأرضِ قبْلَ أنْ يبعَثَني فمقَتهم عرَبَهم وعجَمَهم إلَّا بقايا مِن أهلِ الكتابِ .
Sesunggungnya Allah memperhatikan penduduk bumi sebelum Ia mengutusku, maka Ia pun memurkai seluruh mereka, baik dari kalangan arab ataupun ajam ( non arab ), kecuali orang – orang yang tersisa dari kalangan ahli kitab. ( HR Ibnu Hibban ).
Oleh karena itu agama islam datang membawa risalah keselamatan bagi seluruh alam, agama islam melarang kezaliman, penganiayaan, dan mengharamkan permusuhan terhadap masyarakat, bahkan agama islam sudah memperhatikan hak – hak seorang tawanan 1400 tahun sebelum dicetuskannya perjanjian jenewa.
Agama islam menyeru kepada keadilan, dan kesetaraan, juga memerangi segala sifat rasis yang tercela, baik yang berdasar warna kulit, jenis, ras, ataupun suku.
Agama islam juga mengkritisi keputusan pemimpin yang memaksa rakyatnya untuk memeluk agama yang sama dengannya, yang mana hal tersebut merupakan sebab yang menghalangi sampainya islam kepada rakyat mereka. Agama islam juga mengharamkan segala bentuk aniaya kepada hidup, harta, ataupun kehormatan seorang manusia, juga menetapkan banyak hak dan kewajiban atas orang – orang non islam yang tinggal di dalam naungan negara islam. Agama islam juga menyerukan untuk senantiasa menghormati perjanjian, juga kesepakatan yang telah ditetapkan, dan melarang dari sifat khianat dan melanggar janji.
Selanjutnya kami akan sebutkan hal – hal yang tadi disebutkan secara terperinci dalam pembahasan – pembahasan yang akan datang إن شاء الله, dan kami memohon kepada Allah yang maha mulia, agar Ia menjadikan buku ini bermanfaat bagi setiap orang yang ingin mengenal lebih jauh agama Allah yaitu agama islam, dan semoga Allah melapangkan dadanya untuk menerima risalah islam.
Abd Ar-Rahman As-Syiiha
www.islamland.com
 
 ARTI ISLAM:
Agar pembaca mengerti apa yang dimaksud dengan keselamatan yang dibawa oleh agama islam, maka hendaknya ia mengerti terlebih dahulu maksud dari kalimat “ Islam “, “ Islam “ adalah kalimat yang mengandung segala arti yang menunjukkan ketenangan dan keterbebasan dari segala bentuk peribadatan kepada manusia.
Adapun makna dari “ Islam “ sendiri adalah: Berserah diri dan tunduk, secara ruh dan jasad kepada Allah tuhan semesta alam, dengan cara menuruti segala perintahNya, dan menjauhi segala laranganNya, juga menerima segala apa yang telah menjadi ketetapanNya. Allah menceritakan tentang keadaan nabi Ibrahim عليه السلام:
إِذْ قَالَ لَهُ رَبُّهُ أَسْلِمْ قَالَ أَسْلَمْتُ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ
Ketika Tuhannya berfirman kepadanya: "Tunduk patuhlah!" Ibrahim menjawab: "Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam". ( QS Al Baqarah: 131 ).
Inilah islam yang sesungguhnya, yang harus dipeluk oleh setiap muslim, sebagaimana firman Allah ta’ala:
قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
 Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. ( QS Al An’am: 162 ).
“ As Salam “ adalah salah satu nama Allah subhanahu wa ta’ala, Allah berfirman:
هُوَ اللَّهُ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ السَّلَامُ الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يُشْرِكُونَ
Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, yang Maha Suci, yang Maha Sejahtera, yang Mengaruniakan Keamanan, yang Maha Memelihara, yang Maha perkasa, yang Maha Kuasa, yang memiliki segala Keagungan, Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. ( QS Al Hasyr: 23 ).
“ As Salam “ adalah salah satu nama dari nama – nama surga, Allah berfirman:
لَهُمْ دَارُ السَّلَامِ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَهُوَ وَلِيُّهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Bagi mereka (disediakan) darussalam (syurga) pada sisi Tuhannya dan Dialah pelindung mereka disebabkan amal-amal saleh yang selalu mereka kerjakan. ( QS Al An’am: 127 ).
“ As Salam “ adalah sapaan yang diucapkan oleh para penduduk surga kepada sesama mereka, Allah ta’ala berfirman:
تَحِيَّتُهُمْ يَوْمَ يَلْقَوْنَهُ سَلَامٌ وَأَعَدَّ لَهُمْ أَجْرًا كَرِيمًا
Salam penghormatan kepada mereka (orang-orang mukmin itu) pada hari mereka menemui-Nya Ialah: Salam; dan Dia menyediakan pahala yang mulia bagi mereka. ( QS Al Ahzab: 44 ).
“ As Salam “ juga sapaan kaum muslimin kepada sesama mereka, mereka mengucapkan “ Assalaamu ‘alaikum wa rahmatullah wa barakatuh “.
Betapa indah dan manisnya salam tersebut, sebuah salam yang ketika diucapkan dan didengar akan mendekatkan hati, menghilangkan rasa permusuhan, dan membuahkan perasaan tenang dan nyaman bagi jiwa, karena ucapan ini mengandung ungkapan aman dan keselamatan, yang telah ditetapkan oleh Rasulullah صلى الله عليه وسلم sebagai salah satu unsur penyempurna iman, beliau bersabda:
لاَ تَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا وَلاَ تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا. أَوَلاَ أَدُلُّكُمْ عَلَى شَىْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوهُ تَحَابَبْتُمْ أَفْشُوا السَّلاَمَ بَيْنَكُمْ
Kalian tidak akan memasuki surga sampai kalian beriman, dan tidak sempurna iman kalian sampai kalian saling mencintai, tidakkah aku tunjukkan kalian kepada suatu perkara yang apabila kalian kerjakan akan membuat kalian saling mencintai, sebarkanlah salam kepada sesama kalian. ( HR Muslim ).
Rasulullah صلى الله عليه وسلم juga menjadikannya sebagai amalan yang paling baik, ketika beliau ditanya tentang amalan islam yang paling baik, beliau bersabda:
تُطْعِمُ الطَّعَامَ ، وَتَقْرَأُ السَّلاَمَ عَلَى مَنْ عَرَفْتَ ، وَعَلَى مَنْ لَمْ تَعْرِفْ
Engkau memberi makan, mengucapkan salam kepada orang yang engkau kenal, ataupun yang belum kau kenal. ( Muttafaq ‘alaihi ).
Islam datang untuk menunjukkan manusia kepada jalan – jalan kebajikan, mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju cahaya yang terang benderang, mengeluarkan mereka dari segala bentuk peribadatan kepada hamba, menuju peribadatan kepada Tuhan para hamba, maka setiap orang yang mengikuti jalan dan agama islam dengan niat yang ikhlas, dan mengerjakan perbuatan – perbuatan yang akan mendatangkan keridhaan Allah subahanahu wa ta’ala, maka Allah akan menunjukkannya kepada jalan keselamatan, yang akan menuntunnya kepada jalan yang lurus إن شاء الله, Allah ta’ala berfirman:
يَا أَهْلَ الْكِتَابِ قَدْ جَاءَكُمْ رَسُولُنَا يُبَيِّنُ لَكُمْ كَثِيرًا مِمَّا كُنْتُمْ تُخْفُونَ مِنَ الْكِتَابِ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ قَدْ جَاءَكُمْ مِنَ اللَّهِ نُورٌ وَكِتَابٌ مُبِينٌ . يَهْدِي بِهِ اللَّهُ مَنِ اتَّبَعَ رِضْوَانَهُ سُبُلَ السَّلَامِ وَيُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِهِ وَيَهْدِيهِمْ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
Hai ahli Kitab, Sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al kitab yang kamu sembunyi kan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab Itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus. ( QS Al Maidah: 15 – 16 ).
Agama islam adalah agama yang mencakup segala kebaikan yang dikandung oleh kata “ As Salam ( Keselamatan ) “ itu sendiri, hal itu berdasarkan sabda Rasulullah صلى الله عليه وسلم :
الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ ، وَالْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللَّهُ عَنْهُ
Seorang muslim – sejati – ialah orang yang seluruh kaum muslimin merasa aman dari gangguan lisan dan tangannya, dan seorang muhajir ( orang yang hijrah ) – sejati – adalah yang meninggalkan segala larangan Allah. ( HR Muttafaq ‘alaihi ).
Dalam hadist lain juga, beliau bersabda:
وَالْمُؤْمِنُ مَنْ أَمِنَهُ النَّاسُ عَلَى دِمَائِهِمْ وَأَمْوَالِهِمْ
Seorang mukmin – sejati – ialah orang yang memberikan rasa aman kepada manusia atas darah dan harta mereka. ( HR Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan dishahihkan oleh Al Albani ).

APAKAH AGAMA ISLAM TERSEBAR DENGAN PAKSAAN ?
Sesungguhnya prinsip dasar agama islam sangatlah bertentangan dengan tuduhan yang diutarakan oleh orang – orang yang dengki terhadap syariat islam, hal itu karena Allah ta’ala berfirman:
لَا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ قَدْ تَبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى لَا انْفِصَامَ لَهَا وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. karena itu Barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang Amat kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui. ( QS Al Baqarah: 256 ).
Allah juga berfirman:
وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لَآمَنَ مَنْ فِي الْأَرْضِ كُلُّهُمْ جَمِيعًا أَفَأَنْتَ تُكْرِهُ النَّاسَ حَتَّى يَكُونُوا مُؤْمِنِينَ
Dan Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka Apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya ? ( QS Yunus: 99 ).
Allah juga berfirman:
وَقُلِ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكُمْ فَمَنْ شَاءَ فَلْيُؤْمِنْ وَمَنْ شَاءَ فَلْيَكْفُرْ
Dan Katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; Maka Barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan Barangsiapa yang ingin (kafir) Biarlah ia kafir. ( QS Al Kahfi: 29 ).
Dan berfirman:
فَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّمَا عَلَيْكَ الْبَلَاغُ الْمُبِينُ
Jika mereka tetap berpaling, Maka Sesungguhnya kewajiban yang dibebankan atasmu (Muhammad) hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan terang. ( QS An Nahl: 82 ).
Dan juga berfirman:
فَذَكِّرْ إِنَّمَا أَنْتَ مُذَكِّرٌ . لَسْتَ عَلَيْهِمْ بِمُصَيْطِرٍ
Maka berilah peringatan, karena Sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan. kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka. ( QS Al Ghasyiyah: 21 – 22 ).
Dan banyak lagi ayat lainnya yang semisal dengan ini, hal itu karena agama islam adalah aqidah, dan aqidah harus berdasarkan keyakinan hati, tidak cukup hanya sebatas mengucapkannya dengan lisan saja, sedangkan keyakinan hati seseorang tak bisa kita dapatkan dengan cara paksa, karena manusia bisa saja mengucapkan dengan lidahnya apa yang tidak ia yakini dalam hatinya, oleh karena itu Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
مَنْ كَفَرَ بِاللَّهِ مِنْ بَعْدِ إِيمَانِهِ إِلَّا مَنْ أُكْرِهَ وَقَلْبُهُ مُطْمَئِنٌّ بِالْإِيمَانِ وَلَكِنْ مَنْ شَرَحَ بِالْكُفْرِ صَدْرًا فَعَلَيْهِمْ غَضَبٌ مِنَ اللَّهِ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ
Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah Dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir Padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa), akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, Maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang besar. ( QS An Nahl: 106 ).

APAKAH AGAMA ISLAM TERSEBAR DENGAN KEKUATAN ?
Setiap sistem haruslah memiliki kekuatan yang bisa menjaga dan melindunginya, serta memastikan bahwa peraturan yang telah ditetapkan sudah dilaksanakan dengan baik, juga menetapkan hukuman yang membuat jera orang  - orang yang melanggar peraturan tersebut. Kekuatan inilah yang akan memastikan bahwa suatu sistem telah dijalankan sebagaimana mestinya, dari Utsman bin Affan رضي الله عنه beliau berkata:
إن الله ليزع بالسلطان ما لا يزع بالقرآن
“Sesungguhnya Allah mencegah dengan kekuatan seorang pemimpin, apa yang tak mampu dicegah dengan alquran”. ( HR Razin, sanadnya terputus, namun hadist ini masyhur sebagai ucapan Utsman رضي الله عنه ).
Marilah kita berkaca kepada sejarah di masa – masa awal munculnya agama islam. Dimana Rasululullah صلى الله عليه وسلم menyerukan islam kepada umatnya di makkah selama 13 tahun dengan mau’idzah hasanah ( nasehat yang baik ), beliau menerima pendustaan dan gangguan kaumnya. Beliau bersama orang – orang yang telah beriman kepada beliau menerima cobaan, gangguan, dan kezaliman. Sampai – sampai kaumnya menyiksa orang – orang yang beriman kepadanya, sedangkan Rasulullah صلى الله عليه وسلم saat itu tidaklah memiliki kekuatan, sehingga setiap ia melewati sahabatnya yang disiksa, beliau tak mampu melakukan apapun kecuali hanya sebatas menyuruh mereka untuk bersabar, beliau صلى الله عليه وسلم pernah melewati ‘Ammar bin Yasir dan ibunya Sumayah ketika mereka berdua sedang diazab, maka beliau bersabda kepada mereka:
صَبْرًا آلَ يَاسِرٍ، فَإِنَّ مَوْعِدَكُمُ الْجَنَّةُ
“Bersabarlah keluarga Yasir, karena balasan kalian adalah surga”. ( HR Hakim, dan dishahihkan oleh Al Albani dalam shahih sirah, hal: 154, dan dalam fiqh sirah, hal: 103 ).
Hal itu berlanjut sampai – sampai kaumnya bersepakat untuk membunuh beliau dan menghentikan dakwahnya صلى الله عليه وسلم, namun beliau tetap saja mendoakan kaumnya dan bersabda:
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِقَوْمِي فَإِنَّهُمْ لَا يَعْلَمُونَ
“Ya Allah ampunilah kaumku karena mereka tidak mengetahui”. ( Muttafa ‘alaih ).
Dan Tuhannya pun selalu mengajaknya untuk bersabar dengan menurunkan beberapa ayat sebagai penghibur bagi dirinya, begitulah yang terjadi pada semua rasul yang diutus sebelumnya, mereka didustakan, dan diganggu. Begitulah dakwah, jalannya panjang dan sangat berat, karena dakwah adalah peperangan antara yang hak dan bathil, yang baik dan yang buruk, Allah ta’ala berfirman:
فَاصْبِرْ كَمَا صَبَرَ أُولُو الْعَزْمِ مِنَ الرُّسُلِ وَلَا تَسْتَعْجِلْ لَهُمْ
Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari Rasul-rasul telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka. ( QS Al Ahqaf: 35 ).
Beliau terus menawarkan dirinya kepada setiap kabilah yang datang ke makkah setiap tahun, sampai berimanlah kepadanya beberapa orang dari penduduk madinah, lalu mereka membaiat beliau atas pertolongan dan penjagaan apabila beliau dan orang – orang yang beriman kepada beliau berkehendak untuk hijrah kepada mereka.
Maka hijrahlah beliau ke madinah, dan beliau belum pernah meneteskan darah musuhnya sedikitpun selama 13 tahun beliau berdakwah di makkah, lantas orang – orang quraisy pun menjarah harta beliau dan juga harta – harta kaum muhajirin. Beliau صلى الله عليه وسلم tidaklah diperintah untuk berperang, kecuali setelah berlalu 2 tahun sejak hijrahnya ke madinah, ketika semakin banyak orang – orang yang memusuhi beliau dan mengancam keberlangsungan dakwah beliau. Itupun posisi beliau bukanlah sebagai orang yang memulai peperangan – saat itu kota madinah berada di tengah rute perjalanan kafilah dagang quraisy yang menuju ke syam -.
Peperangan pertama terjadi, berawal ketika Rasulullah صلى الله عليه وسلم keluar ingin mencegat kafilah dagang quraisy, yang tujuannya adalah untuk memblokir jalur perdagangan mereka, agar memaksa orang – orang quraisy untuk tidak lagi menghalangi manusia dari  dakwah beliau, dan membalas perlakuan orang – orang quraisy yang telah menjarah harta kekayaan para sahabatnya di makkah.
Akan tetapi kafilah dagang yang dipimpin Abu Sufyan - sebelum dia masuk islam - mampu melarikan diri, ketika quraisy mengetaui hal ini, mereka pun menyiapkan pasukan dan keluar dari makkah untuk memerangi Muhammad صلى الله عليه وسلم, maka terjadilah peperangn pertama dalam sejarah islam, di mana pada peperangan tersebut Allah memenangkan RasulNya dan para sahabatnya, Allah berfirman:
 أُذِنَ لِلَّذِينَ يُقَاتَلُونَ بِأَنَّهُمْ ظُلِمُوا وَإِنَّ اللَّهَ عَلَى نَصْرِهِمْ لَقَدِيرٌ . الَّذِينَ أُخْرِجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ بِغَيْرِ حَقٍّ إِلَّا أَنْ يَقُولُوا رَبُّنَا اللَّهُ وَلَوْلَا دَفْعُ اللَّهِ النَّاسَ بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لَهُدِّمَتْ صَوَامِعُ وَبِيَعٌ وَصَلَوَاتٌ وَمَسَاجِدُ يُذْكَرُ فِيهَا اسْمُ اللَّهِ كَثِيرًا وَلَيَنْصُرَنَّ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ . الَّذِينَ إِنْ مَكَّنَّاهُمْ فِي الْأَرْضِ أَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ وَأَمَرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَنَهَوْا عَنِ الْمُنْكَرِ وَلِلَّهِ عَاقِبَةُ الْأُمُورِ
Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena Sesungguhnya mereka telah dianiaya. dan Sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu, (yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata: "Tuhan Kami hanyalah Allah". dan Sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan masjid- masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha kuat lagi Maha perkasa,  (yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan. ( QS Al Hajj: 39 – 41 ).
Dan cukup kita ketahui, bahwa kemenangan yang telah direalisasikan Rasulullah صلى الله عليه وسلم, sehingga beliau mampu menguasai seluruh jazirah arab hanya dalam selang waktu 23 tahun, yaitu dari sejak beliau diutus menjadi nabi sampai beliau meninggal dunia, korban yang jatuh akibat peperangan tidak sampai 375 orang, baik dari kaum muslimin ataupun orang – orang musyrikin!!!.
Begitu juga dengan apa yang dilakukan oleh para sahabat beliau sepeninggalan beliau, mereka menguasai kerajaan – kerajaan yang ada dengan akhlak yang santun, pergaulan yang bagus, dan dakwah kepada agama ini dengan cara yang baik, padahal jumlah mereka tidaklah sama dengan jumlah pasukan yang dimiliki oleh kereajaan yang mereka kuasai, seorang yang baru masuk islam bernama Basyir Ahmad Syad berkata:
“Pertanyaan yang membuatku bimbang adalah ‘Kami orang – orang nashrani mengira, bahwa agama islam adalah agama yang tersebar dengan pedang, maka aku berkata dalam diriku, lalu mengapa manusia menerima agama ini, dan masih saja mereka menganut keyakinan ini di seluruh penjuru dunia? Mengapa semakin hari semakin banyak orang yang masuk ke dalam agama ini tanpa ada paksaan atau tuntutan dari suatu apapun?”.
Kemudian mari kita perhatikan bersama, apakah agama islam adalah satu – satunya agama yang memerintahkan para penganutnya untuk menyiapkan kekuatan dalam rangka menyebarkan agama ini dan membelanya.
Disebutkan dalam taurat, dalam kitab ulangan, pasal 20, ayat 10 dan seterusnya:
“Apabila engkau mendekati suatu kota untuk berperang melawannya, maka haruslah engkau menawarkan perdamaian kepadanya.
Apabila kota itu menerima tawaran perdamaian itu dan dibukakannya pintu gerbang bagimu, maka haruslah semua orang yang terdapat di situ melakukan pekerjaan rodi bagimu dan menjadi hamba kepadamu.
Tetapi apabila kota itu tidak mau berdamai dengan engkau, melainkan mengadapakan pertempuran melawan engkau, maka haruslah engkau mengepungnya.
Dan setelah TUHAN, Allahmu, menyerahkannya ke dalam tanganmu, maka haruslah engkau membunuh seluruh penduduknya yang laki – laki, dengan mata pedang.
Hanya perempuan, anak – anak, hewan dan segala yang ada di kota itu, yakni seluruh jarahan itu, boleh kau rampas bagimu sendiri, dan jarahan yang dari musuhmu ini, yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, boleh kau pergunakan.
Dimikianlah harus kau lakukakn terhadap segala kota yang sangat jauh letaknya dari tempatmu, yang tidak termasuk kota – kota bangsa – bangsa di sini.
Tetapi dari kota – kota bangsa – bangsa itu yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu menjadi milik pasukanmu, janganlah kau biarkan hidup apapun yang bernafas.
Melainkan kau tumpas sama sekali, yakni orang Het, orang Amori, orang Kanaan, orang Feris, orang Hewi, dan orang Yebus, seperti yang diperintahkan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu.”
Dan diantara yang disebutkan dalam injil matius berkaitan dengan masalah ini, adalah apa yang disebutkan dalam pasal 10 ayat 34 dan seterusnya:
“Janganlah kamu menyangka, bahwa aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang.
Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya,
Dan musuh orang ialah orang – orang seisi rumahnya.
Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari padaKu, ia tidak layak bagiku; dan barangsiapa mengashihi anaknya laki – laki atau perempuan lebih dari padaKu, ia tidak layak bagiKu.
Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagiKu.
Barang siapa yang mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barang siapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya”.
Gustav lobon berkata dalam bukunya “Peradaban Arab” halaman 127 – 128:
“Sesungguhnya kekuatan bukanlah sebab tersebarnya alquran, karena orang – orang arab memberikan kebebasan beragama bagi orang – orang yang berhasil mereka kalahkan, maka apabila ada sebagian umat nashrani yang memeluk agama islam, dan menggunakan bahasa arab sebagai bahasa keseharian mereka, hal itu karena mereka mendapati keadilan yang dimiliki oleh bangsa arab, tidak mereka dapati dalam pemimpin – pemimpin mereka sebelumnya, dan karena agama islam memberikan kemudahan yang tidak mereka dapati sebelumnya” .

Apakah tujuan dibalik futuhat islamiyah adalah mengejar kekayaan, kemegahan, dan menguasai sumber daya penduduk setempat?
Seorang yang tidak mengetahui petunjuk, asas dan tujuan agama islam yang agung, pasti akan terbesit dalam pikirannya pandangan seperti itu, dan keyakinannya tersebut hanyalah berdasarkan pandangan materiil semata.
Maka kami katakan:
Sesungguhnya Rasulullah صلى الله عليه وسلم pada permulaan dakwahnya, beliau pernah ditawarkan oleh kaumnya beberapa hal yang merupakan impian dan kenikmatan tertinggi setiap manusia, mereka berjanji kepadanya untuk memenuhi segala keinginan dan permintaannya.
Apabila beliau ingin kedudukan, mereka akan berikan ia kedudukan, apabila beliau ingin menikah, maka mereka akan pilihkan wanita tercantik bagi dirinya, namun apabila yang beliau inginkan adalah harta, maka mereka akan memberikannya, dengan syarat beliau meninggalkan dakwah, yang menurut pandangan kaumnya dakwah yang beliau usung hanya merendahkan derajat tuhan – tuhan mereka, dan merendahkan kedudukan sosial mereka.
Maka Rasulullah صلى الله عليه وسلم menjawab tawaran mereka dengan kepercayaan diri yang muncul karena petunjuk Ilahi:
“ Sungguh aku tidak mampu untuk menerima tawaran kalian, sampai kalian mampu untuk memberikanku cahaya layaknya matahari” .
Kalaulah beliau صلى الله عليه وسلم seorang yang pendusta, dan gila dunia, niscaya beliau akan menerima tawaran dan memanfaatkan kesempatan yang telah diberikan kepadanya, karena tawaran – tawaran yang diberikan kepada beliau adalah puncak dari keinginan setiap manusia.
Dan ketika Allah memenangkannya, beliau mulai mengirimi para raja dan penguasa di seluruh penjuru negeri di sekitarnya surat yang berisi ajakan agar mereka ikut menerima islam, dan beliau berjanji akan tetap membiarkan kekuasaan dan kerajaan yang mereka kuasai tetap berada di tangan mereka, diantara surat yang beliau kirim adalah surat yang ditujukan kepada Heraklius penguasa romawi, beliau صلى الله عليه وسلم bersabda:
“ Bismillahirrahmanirrahim, dari Muhammad utusan Allah, kepada Heraklius penguasa romawi, semoga keselamatan tercurah kepada para pengikut kebenaran, amma ba’du:
Sesungguhnya aku menyurukan kepadamu dakwa islam, masuk islamlah, maka kau akan selamat, masuk islamlah maka Allah akan memberikan kepadamu balasan dua kali lipat, namun apabila engkau menolak, maka engkau akan menanggung dosa kaum arisiyin ( penganut arianisme ).
يَا أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَى كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَنْ لاَ نَعْبُدَ إِلاَّ اللَّهَ وَلاَ نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلاَ يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ
"Hai ahli Kitab, Marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara Kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah". jika mereka berpaling Maka Katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa Kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)" ( QS Ali imran: 64 ) “. ( HR Bukhari dan Muslim ).
Anas berkata:
مَا سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عَلَى الإِسْلاَمِ شَيْئًا إِلاَّ أَعْطَاهُ, قَالَ: فَجَاءَهُ رَجُلٌ فَأَعْطَاهُ غَنَمًا بَيْنَ جَبَلَيْنِ فَرَجَعَ إِلَى قَوْمِهِ فَقَالَ يَا قَوْمِ أَسْلِمُوا فَإِنَّ مُحَمَّدًا يُعْطِى عَطَاءً لاَ يَخْشَى الْفَاقَةَ.
فقال أنس : إِنْ كَانَ الرَّجُلُ لَيُسْلِمُ مَا يُرِيدُ إِلاَّ الدُّنْيَا فَمَا يُسْلِمُ حَتَّى يَكُونَ الإِسْلاَمُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا عَلَيْهَا.
“ Tidaklah Rasulullah صلى الله عليه وسلم dimintai sesuatu untuk kepentingan islam, melainkan beliau pasti akan memenuhinya”, Anas berkata: “ Seorang pernah mendatanginya, lalu Rasulullah صلى الله عليه وسلم memberikannya kambing yang memenuhi lembah diantara dua gunung, maka orang itu pulang kepada kaumnya dan berkata: wahai kaumku masuk islamlah kalian, sungguh Muhammad adalah seorang yang memberi layaknya orang yang tak takut jatuh miskin”.
Anas berkata: “Terkadang seorang masuk islam yang ia harapkan hanyalah dunia saja, namun setelah ia masuk islam, agama islam menjadi sesuatu yang paling ia cintai dibanding dunia beserta isinya”. ( HR Muslim ).
Pernah suatu hari beliau didatangi oleh Umar sahabatnya, lalu ia memandangi seisi rumah beliau, namun ia tidak mendapati apapun kecuali tikar yang terbuat dari pelepah kurma, yang sering beliau gunakan untuk rebahan, sehingga nampak berbekas di sisi badan beliau, beliau hanya memiliki satu sha’ ( 1 sha’ = 4 tangkup tangan lelaki dewasa ) gandum yang berada di wadah, dan di dekatnya terdapat geriba air yang tergantung pada pasak rumah, inilah barang – barang yang dimiliki Rasulullah صلى الله عليه وسلم, di saat agamanya telah tersebar di separuh jazirah arab. Ketika Umar meliat keadaan beliau, air matanya pun meleleh, maka Rasulullah صلى الله عليه وسلم pun bertanya: “Apa yang membuatmu menangis hai Umar?, maka Umar berkata: “Bagaimana mungkin aku tidak menangis, sungguh kaisar romawi dan kisra Persia mereka berdua sangat menikmati dunia dan berfoya – foya dengan kenikmatannya, sedangkan utusan Allah, ia tidak memiliki apapun kecuali apa yang aku lihat”, maka Rasulullah صلى الله عليه وسلم pun bersabda kepadanya: “Tidakkah kau ridha bagi mereka dunia, dan bagi kita akhirat?!”. ( Muttafaq ‘alaihi ).
Lalu mari kita lihat harta yang beliau tinggalkan setelah kematiannya, ‘Amru bin al Harist رضي الله عنه berkata :
مَا تَرَكَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - عِنْدَ مَوْتِهِ دِرْهَمًا وَلاَ دِينَارًا وَلاَ عَبْدًا وَلاَ أَمَةً وَلاَ شَيْئًا ، إِلاَّ بَغْلَتَهُ الْبَيْضَاءَ وَسِلاَحَهُ وَأَرْضًا جَعَلَهَا صَدَقَةً
Rasulullah صلى الله عليه وسلم ketika wafat tidak meninggalkan dirham, dinar, budak laki – laki, budak perempuan, ataupun sesuatu lainnya, melainkan bighalnya  yang bernama baydha, pedang beliau, dan tanah yang beliau jadikan sebagai sedekah”. ( HR Bukhari ).
Bahkan dalam hadist lain diriwayatkan, bahwa Rasulullah صلى الله عليه وسلم wafat, sedangkan baju besinya berada di tangan seorang yahudi karena beliau jadikan jaminan atas 30 sha’ gandum. ( HR Bukhari, Muslim, dan Nasai ).
Lalu dimanakah yang dinamakan cinta dunia dan kekayaan???!!
Umar bin Khattab رضي الله عنه, khalifah kedua, yang pada masanya futuhat islamiyah tersebar dan berkembang dengan pesat, terdengar keroncongan perutnya karena kelaparan, lalu ia mengucapkan ucapannya yang sangat terkenal: “Keronconganku, janganlah kau berbunyi, demi Allah, kamu tidak akan kenyang sampai seluruh kaum muslimin kenyang!!!” .
Ketika peperangan uhud sedang berkecamuk, Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
قُومُوا إِلَى جَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّماوَاتُ وَالأرْضُ
“Bangkitlah kalian menuju surga yang luasnya meliputi langit dan bumi”
Ucapan beliau itu didengar oleh Umair bin al Humam رضي الله عنه maka ia berkata: “Surga seluas langit dan bumi?”
Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda: “Iya”.
Umair berkata: “Bakh bakh” ( Kalimat yang diucapkan ketika merasa takjub )
Maka Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda: “Apa yang membuatmu mengatakan ‘Bakh bakh’?”
Umair berkata: “Tidak wahai Rasulullah, hanya saja aku berharap agar aku menjadi salah satu penghuninya”.
Rasulullah صلى الله عليه وسلم pun bersabda: “Sungguh engkau adalah penghuni surga”.
Lalu Umair mengeluarkan kurma dari tempat yang terbuat dari kulit, dan memakan beberapa kurma tersebut, lantas ia pun berkata:
“Kalau aku hidup sampai aku menghabiskan seluruh kurmaku ini, sungguh itu adalah kehidupan yang terlalu panjang”, lalu ia pun melempar sisa kurmanya dan berperang sampai ia terbunuh. ( HR Muslim ).
Sesungguhnya futuhat yang dilakukan kaum muslimin di masa – masa awal mereka sudahlah cukup untuk memberikan kehidupan yang tentram dan sentosa bagi mereka dan keturunan mereka, namun mereka tetap tidak berhenti sampai batas itu, kerena tujuan utama dari futuhat tersebut adalah dakwah kepada agama Allah dan menyebarkan islam kepada seluruh manusia, bukan untuk menguasai sumber daya negara yang berhasil mereka kalahkan.
Diantara bukti yang jelas, bahwa yang menjadi tujuan mereka dari futuhat itu bukan karena sifat rakus akan perkara – perkara materiil saja, bahwa mereka memberikan pilihan bagi seluruh bangsa yang mereka dapati, antara tiga pilihan.
Yang pertama adalah islam, apabila mereka masuk agama islam, maka mereka memiliki hak dan kewajiban layaknya kaum muslimin yang lainya.
Apabila mereka menolak agama islam, maka mereka harus membayar jizyah, yaitu nominal yang sangat kecil yang mereka keluarkan sebagai imbalan atas penjagaan yang telah diberikan negara islam bagi mereka, sehingga mereka bisa ikut merasakan ketentraman yang terdapat di dalamnya, mereka tidak wajib membayar apapun selain itu. perlu diketahui, bahwa seluruh kaum muslimin pun wajib menunaikan zakat setiap tahunnya yang jumlahnya bisa lebih banyak dari nominal jizyah yang harus dikeluarkan oleh mereka.
Namun apabila mereka enggan untuk mengeluarkan jizyah, maka tidak ada pilihan lain selain perang, demi menyebarkan agama Allah, karena mungkin saja di dalam negara kafir tersebut terdapat orang – orang yang apabila mereka mengetahui agama islam dan tujuannya yang luhur, mereka akan beriman, maka orang – orang yang mencoba menghalangi tersampaikannya dakwah ini kepada manusia wajib diperangi.
Ketika panglima tertinggi futuhat islamiyah Khalid bin Walid wafat, seorang panglima yang tidak pernah sama sekali merasakan kekalahan pada pertempuran yang ia pimpin, baik sebelum ia masuk islam sampai setelahnya, ia tidak memiliki harta apapun kecuali kuda, pedang, dan seorang budak, lantas di mana yang namanya cinta dunia dan rakus kekayaan?
Dan juga diantara bukti bahwa yang menjadi tujuan para mujahid terdahulu adalah menyebarkan agama Allah, adalah hadist yang diriwayatkan oleh Syaddad bin al Hadi رضي الله عنه:
Bahwa seorang yang berasal dari suku arab badui datang dan beriman kepada Nabi صلى الله عليه وسلم lalu ia berkata: “Aku ingin hijrah bersamamu”.
Maka Rasulullah صلى الله عليه وسلم menitipkan laki – laki tersebut kepada beberapa sahabatnya, saat itu kaum muslimin baru selesai berperang, dan mereka berhasil mendapatkan beberapa harta rampasan, maka Nabi pun membagikan harta rampasan itu kepada para sahabatnya, termasuk si laki – laki badui itu.
Maka laki – laki itu berkata: “Apa ini?”.
Rasulullah صلى الله عليه وسلم menjawab: “ Ini adalah bagianmu”.
Laki – laki itu berkata: “Bukan untuk ini aku berbaiat kepadamu, akan tetapi aku ingin mengikutimu sampai aku ditusuk disini – seraya menunjuk ke tenggorokannya – dengan panah kemudian aku mati, lalu aku dimasukkan kedalam surga”.
Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda: “Apabila kau jujur kepada Allah dengan keinginanmu, maka Allah akan menolongmu”.
Setelah berlalu beberapa saat, kemudian kaum muslimin kembali berperang, maka jenazah laki – laki tadi dibawa kehadapan Rasulullah صلى الله عليه وسلم, dalam keadaan tertusuk panah persis di tempat yang ia tunjuk, maka Rasulullah صلى الله عليه وسلم pun bersabda:
“Ia jujur kepada Allah dengan keinginannya, maka Allah pun menolong dirinya”.
Kemudian ia dikafani dengan jubah milik Nabi صلى الله عليه وسلم kemudian beliau menshalatinya, dan diantara doa yang beliau ucapkan untuknya:
اللهم إن هذا عبدك خرج مهاجراً في سبيلك فقتل شهيداً وأنا شهيد على ذلك
“Ya Allah, sesungguhnya ia adalah hambaMu, yang keluar untuk berhijrah di jalanMu, lalu ia terbunuh sebagai seorang yang syahid, dan aku menjadi saksi baginya atas itu”. ( HR Nasai dalam kitab Shahih targhib wat Tarhib ).
Kitab – kitab sejarah kaum muslimin penuh dengan kejadian – kejadian semisal ini, yang membuktikan kezuhudan kaum muslimin terdahulu terhadap dunia, dan yang menjadi tujuan dari seluruh usaha mereka adalah menyampaikan agama Allah kepada seluruh manusia, seraya berharap mereka mendapatkan keutamaan yang dijanjikan oleh Rasulullah صلى الله عليه وسلم dalam salah satu sabdanya:
لأَنْ يَهْدِي اللهُ بِكَ رَجُلاً وَاحِداً خَيْرٌ لَكَ مِنْ حُمْرِ النَّعَمِ
“Andai Allah memberikan hidayah kepada seseorang melaluimu, itu lebih baik bagimu dari pada unta merah ”. ( Muttafaq ‘alaihi ).
Bahkan tidak sedikit diantara mereka yang kehilangan harta, jabatan, dan kekuasaannya karena masuk kedalam agama islam, baik karena keluarga dan kerabatnya berlepas diri darinya, atau karena kesibukannya dalam berdakwah yang menyita seluruh perhatiaannya.
Pada peperangan Nahawand, seorang sahabat yang mulia Nu’man bin Muqarrin al Muzani sebelum memasuki peperangan, ia berkata:
“Ya Allah, muliakanlah agamaMu, tolonglah para hambaMu, dan jadikanlah Nu’man sebagai orang pertama yang gugur para hari ini.
Ya Allah, aku memohon kepadamu, agar engkau menghiasi mataku hari ini dengan kemenangan yang membawa kemuliaan bagi agama islam, aminkanlah semoga Allah merahmati kalian”
Apakah doa yang ia panjatkan ini adalah doa seorang yang cinta dunia?
Mari kita dengar apa yang diucapkan utusan Muqauqis penguasa mesir kepadanya, setelah ia kembali dari pertemuan bersama ‘Amru bin ‘Ash ditengah – tengah pengepungan atas benteng babilonia, para utusan itu berkata:
“Kami melihat suatu kaum, mereka lebih mencintai tawadhu ( rendah hati ) dari pada kesombongan, tidak ada seorang pun diantara mereka yang memiliki keinginan akan dunia, mereka duduk di atas tanah, pemimpin mereka layaknya orang biasa diantara mereka, tidak nampak perbedaan antara orang besar dengan orang kecil diantara mereka, dan tidak pula nampak perbedaan antara majikan dengan budaknya”.
Thomas Carlyle berkata dalam bukunya “Heroes” ketika membantah syubhat yang mengatakan bahwa agama islam tersebar dengan paksaan dan pedang:
“Mereka berkata agama ini tidak akan pernah tersebar kalau bukan karena pedang, akan tetapi apa yang menyebabkan timbulnya pedang ini?
Yang menjadi sebab munculnya pedang ini adalah kekuatan agama ini, agama ini adalah kebenaran.
Suatu pemikiran baru yang ada di otak seseorang, dan keyakinan yang ia yakini sendiri itu berbeda dengan seluruh orang di dunia. Apabila orang yang sendiri itu menghunus pedangnya menantang seluruh dunia, maka demi Tuhan cepat atau lambat ia akan sirna.
Secara umum, saya berpendapat bahwa kebenaran akan menyebarkan dirinya sendiri dengan cara apapun yang bisa dilakukan saat itu.
Tidakkah kalian melihat bahwa agama nashrani pun terkadang menggunakan pedang untuk menyebarkanya, seperti yang dilakukan oleh Charlemagne kepada suku Saxony.
Aku tidak mengingkari apakah kebenaran itu tersebar melalui pedang, lisan atau alat apapun, mari kita biarkan kebenaran itu menyebarkan kekuasaannya baik dengan pidato, media tulis, ataupun api, kita biarkan kebenaran itu berjuang dengan tangan – tangan, kaki – kaki, dan kuku – kukunya, karena sesungguhnya tidak akan kalah sesuatu kecuali ia memang pantas untuk merasakan kekalahan”.

Dasar agama islam sangat memerangi kekerasan
Sesungguhnya agama islam adalah agama kasih sayang yang memerangi kekerasan, agama yang menyeru untuk mengikuti Rasul yang membawa syariat islam, yang memiliki sifat sebagaiman difirmankan oleh Allah:
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. ( QS Ali Imran: 159 ).
Ajaran agama islam menganjurkan pengikutnya untuk memiliki sifat kasih sayang dan lemah lembut kebada orang – orang yang lemah dan miskin, Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
الرَّاحِمُونَ يَرْحَمُهُمْ الرَّحْمَنُ , ارْحَمُوا مَنْ فِي الْأَرْضِ , يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ
“Para penyanyang akan disayang oleh sang Rahman ( Allah ), sayangilah yang ada di bumi, maka kalian akan di sayangi oleh yang berada di langit”. ( HR Tirmidzi ).
Bahkan kasih sayang yang dimiliki oleh agama islam tidak hanya diberikan kepada manusia saja, akan tetapi hewan pun mendapat bagian, karena kasih sayang yang diberikan seorang kepada seekor hewan, ia mendapat ampunan dan dimasukkan kedalam surga, Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
بَينَما رَجُلٌ يَمشي بِطَريقٍ اشْتَدَّ عَلَيهِ العَطَشُ ، فَوَجَدَ بِئراً فَنَزَلَ فِيهَا فَشربَ ، ثُمَّ خَرَجَ فإذَا كَلْبٌ يَلْهَثُ يأكُلُ الثَّرَى مِنَ العَطَشِ ، فَقَالَ الرَّجُلُ : لَقَدْ بَلَغَ هَذَا الكَلْبُ مِنَ العَطَشِ مِثلُ الَّذِي كَانَ قَدْ بَلَغَ مِنِّي فَنَزَلَ البِئْرَ فَمَلأَ خُفَّهُ مَاءً ثُمَّ أمْسَكَهُ بفيهِ حَتَّى رَقِيَ ، فَسَقَى الكَلْبَ ، فَشَكَرَ الله لَهُ ، فَغَفَرَ لَهُ, قالوا : يَا رَسُول اللهِ ، إنَّ لَنَا في البَهَائِمِ أَجْراً ؟ فقَالَ : في كُلِّ كَبِدٍ رَطْبَةٍ أجْرٌ.
“Ketika seorang berjalan di suatu jalan, ia merasa sangat kehausan, lalu ia menemukan sebuah sumur, maka ia pun menuruni sumur itu dan meminum airnya, kemudian ia keluar, lalu ia menemukan seekor anjing yang menjulurkan lidahnya ke tanah karena haus, maka orang itu berkata: ‘Anjing ini merasakan haus seperti yang tadi aku rasakan’, lalu ia pun kembali menuruni sumur itu, ia isi terompahnya dengan air, ia gigit terompah itu dengan mulutnya, dan keluar dari sumur, lalu ia memberi minum kepada anjing tersebut, maka Allah pun berterima kasih kepadanya, dan mengampuni dirinya”, para sahabat berkata: “Wahai Rasulullah, apakah kami akan mendapatkan pahala melalui hewan ternak kami?”, Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda: “Pada setiap – pemeliharaan – segala sesuatu yang bernyawa terdapat pahala”. ( Muttafaq ‘alaihi ).
Dan karena menyiksa dan tidak mengasihi binatang, seorang wanita berhak untuk mendapatkan kemurkaan Allah dan dimasukkan kedalam neraka, Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
دخلت امرأة النار في هرة حبستها حتى ماتت فلا هي أطعمتها وسقتها ولاهي تركتها تأكل من خشاش الأرض
“Seorang wanita masuk neraka karena seekor kucing yang ia kurung sampai mati, ia tidak memberinya makan dan minum, dan ia pun tidak melepaskannya sehingga bisa makan serangga – serangga yang ada di tanah”. ( Muttafaq ‘alaihi ).
Banyak sekali petunjuk nabawi yang mulia, yang menganjurkan untuk berkasih sayang kepada binatang, apabila ini adalah kasih sayang yang ditunjukkan islam kepada hewan, lantas bagaimana dengan manusia yang telah diberi keutamaan dan kemuliaan oleh Allah atas seluruh makhluk hidup?

Undang – undang militer dalam islam, dan akhlak islam kepada para musuh menjelaskan keadilan yang dibawanya, serta kebencian islam kepada kezaliman.
Peperangan dalam agama islam bukanlah satu - satunya keinginan dan keahlian yang terdapat pada jiwa seluruh kaum muslimin, hal itu ditunjukkan oleh kelebihan yang ditampakkan oleh kaum muslimin dalam banyak bidang ilmu dan keahlian, seperti matematika, kedokteran, astronomi ( ilmu falak ) dan penentuan waktu, keahlian membuat kapal laut, bangunan, dekorasi, dan keahlian di bidang – bidang lainnya.
Namun bukan berarti mereka meremehkan pentingnya memperhatikan masalah peralatan perang dan berusaha untuk meningkatkan kualitasnya, tidak diragukan lagi, ini adalah suatu kesalahan.
Apakah karena kaum muslimin mengusung slogan kemanusiaan yang penuh dengan rasa cinta kasih, lalu mereka tidak boleh berusaha untuk menguasai system persenjataan? Harusnya mereka berbuat sebagaimana yang dilakukan oleh para musuh mereka, yang setiap harinya mencoba untuk mengisi otak – otak mereka dengan keburukan dengan tujuan menyebarkan kehancuran di muka bumi, diantara makna teror yang disebut di dalam alquran dalam firman Allah:
وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ وَمِنْ رِبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِ عَدُوَّ اللَّهِ وَعَدُوَّكُمْ
dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan ( meneror ) musuh Allah dan musuhmu ( QS al Anfal: 60 ).
Yang seharusnya dilakukan adalah, membentengi diri dengan persenjataan yang kuat, sesuai dengan makna teror yang disebut dalam alquran tadi, yaitu teror yang berarti menakut – nakuti orang – orang yang ingin menzalimi seorang muslim.
Bukan teror yang bertujuan untuk menakut – nakuti orang – orang yang diberi keamanan dan keselamatan, teror yang semata mata hanya bertujuan untuk membunuh, dan merasa puas ketika melihat orang – orang kesakitan, mendengar rintihan orang – orang yang terluka, dan memotong – motong bangkai manusia, serta merasa nyaman ketika sedang menyiksa para tawanan.
Sesungguhnya diantara tanda kebaikan agama yang dimenangkan, adalah kepedulian mereka dalam menyembuhkan orang – orang yang menjadi tawanan mereka, mengayomi, memberikan minum kepada mereka, dan menyesali hal – hal yang terjadi tanpa disengaja atas mereka.
Sesungguhnya peperangan dalam islam bukanlah alat yang digunakan untuk memuaskan diri dengan membunuh dan menyiksa orang lain, akan tetapi peperangan dalam islam, adalah perang yang ditujukan untuk memberantas kezaliman, dan menyebarkan keadilan, serta keamanan kepada seluruh masyarakat.
Walaupun pada asalanya hubungan seorang muslim dengan masyarakat lainnya adalah hubungan yang dipenuhi dengan keamanan dan perdamaian, namun islam juga mensyariatkan peperangan – tentunya setelah seluruh usaha untuk berdakwah dengan damai – dalam lima keadaan:
1.    Ketika membela diri, keluarga, dan tanah air, sesuai dengan firman Allah ta’ala:
وَقَاتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَكُمْ وَلَا تَعْتَدُوا إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ
Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. ( QS. Al Baqarah: 190 ).
2.    Membantu orang yang dizalimi atas orang yang menzalimi, dan menolong orang – orang yang teraniaya. Inilah alasan mengapa peperangan dalam islam dikatakan sebagai peperangan yang mengusung kemanusiaan, Allah berfirman:
وَمَا لَكُمْ لَا تُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَالْمُسْتَضْعَفِينَ مِنَ الرِّجَالِ وَالنِّسَاءِ وَالْوِلْدَانِ الَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَخْرِجْنَا مِنْ هَذِهِ الْقَرْيَةِ الظَّالِمِ أَهْلُهَا وَاجْعَلْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ وَلِيًّا وَاجْعَلْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ نَصِيرًا
Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang semuanya berdoa: "Ya Tuhan Kami, keluarkanlah Kami dari negeri ini (Mekah) yang zalim penduduknya dan berilah Kami pelindung dari sisi Engkau, dan berilah Kami penolong dari sisi Engkau!". (QS. An Nisa: 75 ).
3.    Ketika ada yang melanggar perjanjian yang telah ditetapkan, Allah berfirman:
وَإِنْ نَكَثُوا أَيْمَانَهُمْ مِنْ بَعْدِ عَهْدِهِمْ وَطَعَنُوا فِي دِينِكُمْ فَقَاتِلُوا أَئِمَّةَ الْكُفْرِ إِنَّهُمْ لَا أَيْمَانَ لَهُمْ لَعَلَّهُمْ يَنْتَهُونَ
أَلَا تُقَاتِلُونَ قَوْمًا نَكَثُوا أَيْمَانَهُمْ وَهَمُّوا بِإِخْرَاجِ الرَّسُولِ وَهُمْ بَدَءُوكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍ أَتَخْشَوْنَهُمْ فَاللَّهُ أَحَقُّ أَنْ تَخْشَوْهُ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ

Jika mereka merusak sumpah (janji)nya sesudah mereka berjanji, dan mereka mencerca agamamu, Maka perangilah pemimpin-pemimpin orang-orang kafir itu, karena Sesungguhnya mereka itu adalah orang-orang (yang tidak dapat dipegang) janjinya, agar supaya mereka berhenti.
 Mengapakah kamu tidak memerangi orang-orang yang merusak sumpah (janjinya), Padahal mereka telah keras kemauannya untuk mengusir Rasul dan merekalah yang pertama mulai memerangi kamu?. Mengapakah kamu takut kepada mereka Padahal Allah-lah yang berhak untuk kamu takuti, jika kamu benar-benar orang yang beriman. (QS. At Taubah: 12 – 13 ).
4.    Memberi pelajaran bagi para pemberontak yang melakukan pemberontakan atas kaum muslimin, dan enggan untuk menerima keadilan dan perdamaian, Allah berfirman:
وَإِنْ طَائِفَتَانِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ اقْتَتَلُوا فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا فَإِنْ بَغَتْ إِحْدَاهُمَا عَلَى الْأُخْرَى فَقَاتِلُوا الَّتِي تَبْغِي حَتَّى تَفِيءَ إِلَى أَمْرِ اللَّهِ فَإِنْ فَاءَتْ فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا بِالْعَدْلِ وَأَقْسِطُوا إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ
Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya! tapi kalau yang satu melanggar Perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar Perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah. kalau Dia telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu Berlaku adil; Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil. ( QS. Al Hujurat: 9 ).
5.    Membela dan menjaga agama dari tangan orang – orang yang memerangi dan menghalangi tersebarnya syariat Allah bagi seluruh manusia, menyiksa orang – orang yang beriman kepadaNya, atau menghalang – halangi orang lain untuk masuk ke dalam agama islam.
Hal itu karena agama islam adalah agama universal, bukan agama yang diturunkan hanya untuk satu kaum saja, akan tetapi semua manusia harus mengetahui agama ini dan mendengar seruannya, juga mengetahui kebaikan dan keadilan yang ia berikan kepada seluruh manusia, sehingga setelah itu mereka mengikrarkan diri untuk masuk ke dalam agama islam.
Adapun peperangan yang bertujuan untuk meluaskan wilayah kekuasaan, dan menguras sumber daya daerah tertentu, atau peperangan yang bertujuan untuk balas dendam, yang hanya membuahkan kehancuran dan kerusakan semata, atau peperangan yang ditujukan hanya untuk pamer kekuatan saja, maka hal – hal seperti itu sangat dilarang oleh islam, karena peperangan dalam islam bertujuan untuk meninggikan kalimat Allah, bukan untuk meninggikan derajat seseorang atau pelampiasan nafsu semata, Allah ta’ala berfirman:
وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ خَرَجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ بَطَرًا وَرِئَاءَ النَّاسِ
Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang keluar dari kampungnya dengan rasa angkuh dan dengan maksud riya' kepada manusia.  ( QS. Al Anfal: 47 ).

Batasan – batasan berperang dalam islam
Walaupun agama islam membolehkan berperang dalam keadaan yang memang mengharuskan perang, namun islam tetap mengajarkan batasan – batasan dan adab – adab tertentu dalam peperangan, Rasulullah صلى الله عليه وسلم  bersabda:
اغْزُوا بِاسْمِ اللهِ فِي سَبِيلِ اللهِ، قَاتِلُوا مَنْ كَفَرَ بِاللهِ، اغْزُوا وَلَا تَغُلُّوا ، وَلَا تَغْدِرُوا، وَلَا تَمْثُلُوا، وَلَا تَقْتُلُوا وَلِيدًا
“Berperanglah dengan nama Allah, di atas jalan Allah, perangilah orang – orang yang kafir kepada Allah, berperanglah, dan jangan kalian berkhianat, jangan menyelisihi janji, jangan memutilasi, dan janganlah kalian membunuh anak kecil”. ( HR Muslim ).
Khalifah pertama Abu Bakar as Shiddiq berkata kepada seluruh panglimanya ketika mengutus mereka untuk berperang:
“Berdirilah, aku ingin mewasiatkan kepada kalian sepuluh perkara, ingatlah dariku perkara – perkara tersebut:
Janganlah berkhianat, jangan menyembunyikan harta rampasan, jangan memutilasi, jangan membunuh anak kecil, jangan pula membunuh orang lanjut usia dan wanita, jangan kalian potong pohon kurma dan jangan membakarnya, jangan pula memotong pohon yang sedang berbuah, jangan kalian sembelih kambing, sapi, atau unta, kecuali hanya untuk dimakan, dan kalian nanti akan menemukan orang – orang yang memutuskan untuk berdiam diri di kuil – kuil, maka biarkanlah mereka dengan apa yang mereka kerjakan” .

Nasib para tawanan dalam islam
Dalam islam, tidak boleh menyiksa para tawanan, menghina, meneror, memutilasi mereka, tidak boleh pula kita membiarkan mereka kelaparan dan kehausan tanpa memberikan mereka makanan dan minuman sampai mereka mati, karena Allah berfirman:
وَيُطْعِمُونَ الطَّعَامَ عَلَى حُبِّهِ مِسْكِينًا وَيَتِيمًا وَأَسِيرًا. إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللَّهِ لَا نُرِيدُ مِنْكُمْ جَزَاءً وَلَا شُكُورًا
Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan.
Sesungguhnya Kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, Kami tidak menghendaki Balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih. ( QS. Al Insan: 8 – 9 ).
Akan tetapi islam senantiasa memerintahkan kita untuk menghormati, menyayangi dan memuliakan para tawanan, lihat lah apa yang dikatakan oleh Abu Aziz bin ‘Umair, saudara dari Mush’ab bin ‘Umair:
“Aku pernah menjadi tawanan kaum muslimin setelah perang badr, lalu aku mendengar Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
استوصوا بالأسارَى خيرًا
‘Perlakukanlah para tawanan dengan baik’
Saat itu aku berada di bawah kekuasaan salah seorang dari keluarga anshar, apabila datang waktu makan siang dan makan malam, mereka hanya memakan kurma, dan menghidangkan bagiku gandum sebagai bentuk kepatuhan mereka kepada wasiat Rasulullah صلى الله عليه وسلم”. ( HR Thabrani dalam kitabnya Al Mu’jamul Kabir no: 18410, Haitsami berkata: “Sanad hadist ini hasan, lihat: Majma’ Az Zawaaid ( 6 / 86 ), namun didhaifkan oleh Al Albani, lihat: Dhaiful Jami’ no: 832 ).
Bahkan Rasulullah صلى الله عليه وسلم menganjurkan untuk melepaskan tawanan, Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
فُكُّوا العَانِيَ، يَعْنِي: الأَسِيرَ، وَأَطْعِمُوا الجَائِعَ، وَعُودُوا المَرِيضَ
“Lepaskanlah para ‘Aani, maksudnya adalah: para tawanan,  berilah makan orang yang kelaparan, dan besuklah orang yang sakit”. ( HR. Bukhari ).

Nasib orang – orang yang kalah dalam peperangan
Dalam islam, tidak boleh kita mencederai kehormatan orang – orang yang kalah dalam peperangan, tidak boleh pula merampas harta mereka, menghina mereka, menghancurkan rumah – rumah mereka, dan tidak boleh pula membalas dendam kepada mereka.
Akan tetapi islam memerintahkan untuk berbuat baik kepada mereka, beramar makruf nahi munkar ( menyuruh kepada kebaikan, dan melarang dari kemunkaran ), serta menegakkan keadilan atas mereka, hal itu berdasarkan firman Allah ta’ala:
الَّذِينَ إِنْ مَكَّنَّاهُمْ فِي الْأَرْضِ أَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ وَأَمَرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَنَهَوْا عَنِ الْمُنْكَرِ وَلِلَّهِ عَاقِبَةُ الْأُمُورِ
(Yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan. ( QS. Al Hajj: 41 ).
Mereka memiliki kebebasan untuk tetap berada dalam keyakinan yang mereka anut, tanpa intimidasi atas keyakinan apapun yang mereka pilih, tidak boleh menghancurkan gereja – gereja mereka, ataupun salib – salib mereka.
Bukti terkuat atas itu semua adalah perjanjian yang diberikan oleh Umar bin Khattab رضي الله عنه bagi seluruh penduduk baitul maqdis, setelah mampu ia duduki:
“Bismillahirrahmanirrahim, ini adalah jaminan keamanan yang diberikan oleh seorang hamba Allah, Umar bin Khattab kepada penduduk baitul maqdis: Ia menjamin keamanan bagi mereka atas jiwa – jiwa mereka, harta – harta, gereja – gereja, dan salib – salib mereka… mereka tidak boleh dipaksa untuk meninggalkan agama mereka, dan tidak boleh pula membahayakan mereka”.
Apakah sejarah manusia pernah menyaksikan keadilan, kedermawanan seorang yang menang dan berjaya atas orang – orang yang berhasil mereka kalahkan semisal apa yang dikerjakan oleh Umar ini? Padahal jika Umar mau, bisa saja ia bebankan atas mereka syarat apapun semaunya, namun ia lebih memilih keadilan demi mempraktekkan syariat yang telah Allah tetapkan atas semua manusia.

Nasib orang – orang non muslim di negara muslim
Orang – orang non muslim yang telah mendapat jaminan keamanan dari negara islam, mereka tidak boleh dizalimi, tidak boleh pula dikurangi hak – hak mereka sedikitpun, atau diperlakukan secara buruk, berdasarkan firman Allah ta’ala:
لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ
Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang Berlaku adil. ( QS. Al Mumtahanah: 8 ).
Dan berdasarkan sabda Rasulullah صلى الله عليه وسلم:
ألا مَنْ ظَلَمَ مُعاهِدا ، أو انتَقَصَهُ ،أو كلَّفَهُ فوق طاقَتِه ،أو أخَذَ منه شيئا بغير طيب نفْسٍ ،فَأنا حَجِيجُهُ يومَ القيامةِ
“ Sesungguhnya orang – orang yang berbuat zalim kepada mu’ahid ( orang – orang kafir yang telah mendapat jaminan keamanan dari negara islam), mengurangi haknya, membebani dirinya perkara di luar kemampuannya, atau mengambil hartanya tanpa ia ridhai, maka aku akan menjadi penggugat baginya di hari kiamat”. ( HR. Abu Dawud ).
Akan tetapi islam memerintahkan untuk memperlakukan mereka dengan baik, dan berusaha untuk selalu berbuat baik dan memberi manfaat kepada mereka.
Dari Anas رضي الله عنه, bahwa seorang pembantu yahudi pernah menjadi pembantu Nabi صلى الله عليه وسلم, lalu suatu hari pembantu tersebut sakit, maka Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda kepada para sahabatnya: “Ayo kita sama – sama memebesuk dia”, lalu mereka pun pergi mendatanginya, sedangkan saat itu bapak si yahudi itu berada di samping kepala anaknya, lalu Rasulullah صلى الله عليه وسلم berkata kepada pembantu tersebut: “Katakanlah; لا إله إلا الله ( Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah ), maka aku akan menjadi pemberi syafaat bagimu dengannya pada hari kiamat”. Pembantu itupun menoleh kepada ayahnya, lantas sang ayah berkata: “Patuhi apa yang telah dikatakan Abul Qasim kepadamu”, maka pembantu itupun mengucapkan: أشهد ألا إله إلا الله وأشهد أن محمدا رسول الله ( Aku bersaksi, bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah, maka Rasulullah صلى الله عليه وسلم pun bersabda:
الْحَمْدُ للَّهِ الَّذِي أَنْقَذَهُ مِنْ نَارِ جَهَنَّمَ
“segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkannya dari api neraka”. ( HR. Ibnu Hibban ).
Lihatlah Abdullah bin ‘Amr, ketika keluarganya menyembelihkan seekor kambing baginya, lalu ketika beliau datang beliau berkata: “Berikanlah hadiah kepada tetangga kami yang beragama yahudi, berikanlah kepada tetangga kami yang beragama yahudi, karena aku mendengar Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
مازال جبريلُ يُوصيني بالجارِ حتَّى ظننتُ أنَّه سيُورِّثُه
“Masih saja Jibril berwasiat kepadaku untuk berbuat baik kepada tetangga, sampai aku menyangka bahwa tetangga berhak untuk menerima warisan tetangganya”. ( HR. Tirmidzi ).

Dasar – dasar agama islam menyeru kepada keadilan yang menyeluruh
Agama islam menyeru kepada:
1.    Mengagungkan jiwa manusia. Jiwa manusia dalam agama islam adalah sesuatu yang sangat mulia dan mahal, dimana kedudukan dan derajatnya sangat dijaga dengan baik.
Oleh karena itu agama islam mensyariatkan qishah atas orang yang membunuh orang lain dengan sengaja, adapun orang yang membunuh tanpa disengaja, maka mereka berkewajiban untuk membayar diyat, berupa nominal harta yang dibayarkan kepada wali korban, diyat ini bukanlah sebagai pengganti dari jiwa sang korban, akan tetapi sebagai ganti rugi atas kerugian yang didapatkan oleh keluarga korban atas terbunuhnya ia. Disamping itu ia juga harus membayar kaffarah, yaitu membebaskan seorang budak, kalau ia tidak mampu mendapatkannya, maka ia wajib puasa selama dua bulan berturut turut, kalau ia tidak mampu melakukannya, maka ia wajib memberikan maka 60 orang miskin, kaffarah ini ia adalah sebuah ibadah yang ia lakukan untuk mendekatkan dirinya kepada Allah ta’ala, seraya mengharap ampunan dariNya atas dosa yang ia kerjakan tanpa ada maksud dan tujuan darinya.
Dan semua itu tidaklah disyariatkan, kecuali hanya untuk menjaga jiwa – jiwa dan kehidupan para manusia dari perilaku orang – orang yang tidak bertanggung jawab. Serta sebuah peringatas atas orang – orang yang keji agar mereka urung untuk melakukan pembunuhan. Karena seorang apabila ia tau bahwa ia akan dibunuh jika membunuh orang lain, maka ia akan mengurungkan niatnya. Dan kalaulah hukuman para pembunuh itu bukan dibunuh, niscaya pembunuhan akan tersebar dengan mudah di tengah – tengah manusia.
Demikian pula dengan syariat – syariat islam yang lainnya, syariat tersebut tidaklah diturunkan oleh Allah, melainkan hanya untuk menjaga manusia dan hak – hak mereka, Allah ta’ala berfirman:

وَلَكُمْ فِي الْقِصَاصِ حَيَاةٌ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Dan dalam qishaash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, Hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa. ( QS. Al Baqarah: 179 ).
Islam bukan hanya menetapkan hukuman duniawi saja bagi orang – orang yang membunuh orang lain dengan sengaja, namun islam juga menetapkan hukuman bagi mereka di akhirat, hukuman itu berupa kemarahan Allah subhanahu wa ta’ala, juga azab yang sangat berat bagi mereka di akhirat, Allah ta’ala berfirman:
وَمَنْ يَقْتُلْ مُؤْمِنًا مُتَعَمِّدًا فَجَزَاؤُهُ جَهَنَّمُ خَالِدًا فِيهَا وَغَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَلَعَنَهُ وَأَعَدَّ لَهُ عَذَابًا عَظِيمًا
Dan Barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja Maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya. ( QS. An Nisa: 93 ).
2.    Agama islam memandang setiap manusia setara pada awal penciptaannya baik laki – laki maupun perempuan, Allah ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. ( QS. An Nisa: 1 ).
Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
النَّاسُ بَنُو آدَمَ، وَآدَمُ خُلِقَ مِنْ تُرَابٍ
“Manusia adalah anak keturunan Adam, dan Adam diciptakan dari tanah”. ( HR. Ahmad ).
Berdasarkan kesetaraan yang telah ditetapkan oleh agama islam ini, maka dalam pandangan syariat, seluruh manusia sama – sama memiliki hak kebebasan, hal ini sudah diserukan oleh Umar jauh – jauh hari, sejak 14 abad yang lalu, Umar berkata: “Sejak kapan kalian menjadikan manusia sebagai budak, sedangkan ibu – ibu mereka melahirkan mereka dalam keadaan merdeka?” .
3.    Menyeru kepada persatuan agama. Maksudnya, agama islam menyerukan kepada satu agama, karena agama yang berasal dari Allah berasal dari sumber yang satu, dari sejak Adam عليه السلام, sampai penutup para nabi dan rasul Muhammad صلى الله عليه وسلم, agama yang dianut oleh semua nabi adalah agama yang satu, yaitu agama yang mengesakan Allah subhanahu wa ta’ala dalam peribadatan, dan beribadah kepadaNya sesuai dengan syariat yang telah Ia turunkan, begitu juga kitab – kitab samawi yang semuanya merupakan wahyu yang turun dari sumber yang satu yaitu Allah subhanahu wa ta’ala, Allah ta’ala berfirman:
شَرَعَ لَكُمْ مِنَ الدِّينِ مَا وَصَّى بِهِ نُوحًا وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلَا تَتَفَرَّقُوا فِيهِ
Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa Yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. ( QS. As Syuura: 13 ).
Allah juga berfirman:
إِنَّا أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ كَمَا أَوْحَيْنَا إِلَى نُوحٍ وَالنَّبِيِّينَ مِنْ بَعْدِهِ وَأَوْحَيْنَا إِلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالْأَسْبَاطِ وَعِيسَى وَأَيُّوبَ وَيُونُسَ وَهَارُونَ وَسُلَيْمَانَ وَآتَيْنَا دَاوُودَ زَبُورًا . وَرُسُلًا قَدْ قَصَصْنَاهُمْ عَلَيْكَ مِنْ قَبْلُ وَرُسُلًا لَمْ نَقْصُصْهُمْ عَلَيْكَ وَكَلَّمَ اللَّهُ مُوسَى تَكْلِيمًا . رُسُلًا مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ لِئَلَّا يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَى اللَّهِ حُجَّةٌ بَعْدَ الرُّسُلِ وَكَانَ اللَّهُ عَزِيزًا حَكِيمًا
Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan Kami telah memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Isma'il, Ishak, Ya'qub dan anak cucunya, Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. dan Kami berikan Zabur kepada Daud.
Dan (kami telah mengutus) Rasul-rasul yang sungguh telah Kami kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu, dan Rasul-rasul yang tidak Kami kisahkan tentang mereka kepadamu. dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung.
(Mereka Kami utus) selaku Rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya Rasul-rasul itu. dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. ( QS. An Nisa: 163 – 165 ).
Agama islam sudah melakukan upaya untuk memberantas segala sikap rasis dan perpecahan, agama islam juga menghilangkan segala permusuhan, konflik, dan perseteruan yang terjadi antara sesama manusia, dengan cara menjadikan keimanan kepada para rasul, dan kitab – kitab samawi terdahulu sebagai rukun di antara rukun – rukun iman yang utama, berdasarkan firman Allah ta’ala:
قُولُوا آمَنَّا بِاللَّهِ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْنَا وَمَا أُنْزِلَ إِلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالْأَسْبَاطِ وَمَا أُوتِيَ مُوسَى وَعِيسَى وَمَا أُوتِيَ النَّبِيُّونَ مِنْ رَبِّهِمْ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْهُمْ وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ
Katakanlah (hai orang-orang mukmin): "Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada Kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun diantara mereka dan Kami hanya tunduk patuh kepada-Nya". ( QS. Al baqarah: 136 ).
Alquran memandang Musa kalimullah ( orang yang mampu berbicara langsung dengan Allah ) sebagai orang yang memiliki kedudukan yang sangat dekat dengan Allah, Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ آذَوْا مُوسَى فَبَرَّأَهُ اللَّهُ مِمَّا قَالُوا وَكَانَ عِنْدَ اللَّهِ وَجِيهًا
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang menyakiti Musa; Maka Allah membersihkannya dari tuduhan-tuduhan yang mereka katakan. dan adalah Dia seorang yang mempunyai kedudukan terhormat di sisi Allah. ( QS. Al Ahzab: 69 ).
Dan memandang taurat, kitab yang diturunkan kepadanya sebagai hidayah dan cahaya, Allah ta’ala berfirman:
إِنَّا أَنْزَلْنَا التَّوْرَاةَ فِيهَا هُدًى وَنُورٌ يَحْكُمُ بِهَا النَّبِيُّونَ الَّذِينَ أَسْلَمُوا لِلَّذِينَ هَادُوا وَالرَّبَّانِيُّونَ وَالْأَحْبَارُ بِمَا اسْتُحْفِظُوا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ وَكَانُوا عَلَيْهِ شُهَدَاءَ فَلَا تَخْشَوُا النَّاسَ وَاخْشَوْنِ وَلَا تَشْتَرُوا بِآيَاتِي ثَمَنًا قَلِيلًا وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ
Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara Kitab-Kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir. ( QS. Al Maidah: 44 ).
Serta memandang bani israil, umat Musa عليه الصلاة والسلام sebagai umat yang mulia dan memiliki keutamaan atas umat selainnya saat itu, Allah berfirman:
يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اذْكُرُوا نِعْمَتِيَ الَّتِي أَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ وَأَنِّي فَضَّلْتُكُمْ عَلَى الْعَالَمِينَ
Hai Bani Israil, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Ku-anugerahkan kepadamu dan aku telah melabihkan kamu atas segala umat ( yang semasa dengan kalian ). ( QS. Al Baqarah: 122 ).
Begitu juga dengan Isa صلى الله عليه وسلم, islam memandangnya sebagai seorang nabi yang mulia, dan memandangnya sebagai kalimat Allah , yang diberikan kepada maryam, juga ruh dariNya , Allah ta’ala berfirman:
إِذْ قَالَتِ الْمَلَائِكَةُ يَا مَرْيَمُ إِنَّ اللَّهَ يُبَشِّرُكِ بِكَلِمَةٍ مِنْهُ اسْمُهُ الْمَسِيحُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ وَجِيهًا فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَمِنَ الْمُقَرَّبِينَ . وَيُكَلِّمُ النَّاسَ فِي الْمَهْدِ وَكَهْلًا وَمِنَ الصَّالِحِينَ
(Ingatlah), ketika Malaikat berkata: "Hai Maryam, seungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) daripada-Nya, namanya Al masih Isa putera Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan Termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah),
Dan Dia berbicara dengan manusia dalam buaian dan ketika sudah dewasa dan Dia adalah Termasuk orang-orang yang saleh." ( QS. Ali Imran: 45 – 46 ).
alquran juga memandang ibunda Isa, Maryam yang suci sebagai seorang wanita yang jujur, Allah berfirman:
مَا الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ إِلَّا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ وَأُمُّهُ صِدِّيقَةٌ كَانَا يَأْكُلَانِ الطَّعَامَ انْظُرْ كَيْفَ نُبَيِّنُ لَهُمُ الْآيَاتِ ثُمَّ انْظُرْ أَنَّى يُؤْفَكُونَ
Al masih putera Maryam itu hanyalah seorang Rasul yang Sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa rasul, dan ibunya seorang yang sangat benar, Kedua-duanya biasa memakan makanan. perhatikan bagaimana Kami menjelaskan kepada mereka (ahli Kitab) tanda-tanda kekuasaan (Kami), kemudian perhatikanlah bagaimana mereka berpaling (dari memperhatikan ayat-ayat Kami itu). ( QS. Al Maidah: 75 ).
Alquran memandang injil  sama dengan taurat, yang keduanya merupakan hidayah dan cahaya, Allah ta’ala berfirman:
وَقَفَّيْنَا عَلَى آثَارِهِمْ بِعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ التَّوْرَاةِ وَآتَيْنَاهُ الْإِنْجِيلَ فِيهِ هُدًى وَنُورٌ وَمُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ التَّوْرَاةِ وَهُدًى وَمَوْعِظَةً لِلْمُتَّقِينَ
Dan Kami iringkan jejak mereka (nabi Nabi Bani Israil) dengan Isa putera Maryam, membenarkan kitab yang sebelumnya, Yaitu: Taurat. dan Kami telah memberikan kepadanya kitab Injil sedang didalamnya (ada) petunjuk dan dan cahaya (yang menerangi), dan membenarkan kitab yang sebelumnya, Yaitu kitab Taurat. dan menjadi petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa. ( QS. Al Maidah: 46 ).
Dan memandang orang – orang beriman yang mengikuti Isa sebagai sebuah umat yang pengasih dan penyayang, Allah berfirman:
ثُمَّ قَفَّيْنَا عَلَى آثَارِهِمْ بِرُسُلِنَا وَقَفَّيْنَا بِعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ وَآتَيْنَاهُ الْإِنْجِيلَ وَجَعَلْنَا فِي قُلُوبِ الَّذِينَ اتَّبَعُوهُ رَأْفَةً وَرَحْمَةً وَرَهْبَانِيَّةً ابْتَدَعُوهَا مَا كَتَبْنَاهَا عَلَيْهِمْ إِلَّا ابْتِغَاءَ رِضْوَانِ اللَّهِ فَمَا رَعَوْهَا حَقَّ رِعَايَتِهَا فَآتَيْنَا الَّذِينَ آمَنُوا مِنْهُمْ أَجْرَهُمْ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ
Kemudian Kami iringi di belakang mereka dengan Rasul-rasul Kami dan Kami iringi (pula) dengan Isa putra Maryam; dan Kami berikan kepadanya Injil dan Kami jadikan dalam hati orang- orang yang mengikutinya rasa santun dan kasih sayang. dan mereka mengada-adakan rahbaniyyah Padahal Kami tidak mewajibkannya kepada mereka tetapi (mereka sendirilah yang mengada-adakannya) untuk mencari keridhaan Allah, lalu mereka tidak memeliharanya dengan pemeliharaan yang semestinya. Maka Kami berikan kepada orang-orang yang beriman di antara mereka pahalanya dan banyak di antara mereka orang-orang fasik. ( QS. Al Hadid: 27 ).
Maka diwajibkan atas seluruh muslim untuk beriman kepada seluruh nabi dan rasul, serta mempercayai seluruh kitab yang diwahyukan oleh Allah kepada mereka, Allah berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ يَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ وَيُرِيدُونَ أَنْ يُفَرِّقُوا بَيْنَ اللَّهِ وَرُسُلِهِ وَيَقُولُونَ نُؤْمِنُ بِبَعْضٍ وَنَكْفُرُ بِبَعْضٍ وَيُرِيدُونَ أَنْ يَتَّخِذُوا بَيْنَ ذَلِكَ سَبِيلًا . أُولَئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ حَقًّا وَأَعْتَدْنَا لِلْكَافِرِينَ عَذَابًا مُهِينًا
Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan bermaksud memperbedakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan: "Kami beriman kepada yang sebahagian dan Kami kafir terhadap sebahagian (yang lain)", serta bermaksud (dengan Perkataan itu) mengambil jalan (tengah) di antara yang demikian (iman atau kafir),
Merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir itu siksaan yang menghinakan. ( QS. An Nisa: 150 – 151 ).
Sebagaimana mereka juga wajib menghormati, menghargai, dan memuliakan setiap syariat dan manhaj yang telah mereka tetapkan bagi umat – umat mereka, juga mencintai orang – orang yang mempercayai dan beriman kepada mereka sebelum diutusnya Rasulullah Muhammad صلى الله عليه وسلم dan menganggap mereka sebagai saudara, Allah berfirman:
وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: "Ya Rabb Kami, beri ampunlah Kami dan saudara-saudara Kami yang telah beriman lebih dulu dari Kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati Kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb Kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang." ( QS. Al Hasyr: 10 ).
Dan dengan diutusnya Rasulullah صلى الله عليه وسلم yang merupakan penutup para nabi, setelahnya terputuslah wahyu dari langit, hal itu berdasarkan firman Allah subhanahu wa ta’ala:
مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَكِنْ رَسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ
Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu., tetapi Dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. dan adalah Allah Maha mengetahui segala sesuatu. ( QS. Al Ahzab: 40 ).
Dan syariat yang diturunkan kepadanya merupakan syariat yang menghapus seluruh syariat yang diturunkan sebelumnya, oleh karena itu semua orang harus beramal sesuai dengan syariat yang diturunkan kepada Muhammad صلى الله عليه وسلم dan meninggalkan syariat – syariat selainnya.
Menghapus syariat terdahulu bukan berarti mendustakan syariat- syariat yang berasal dari langit tersebut, namun kita tidak boleh beramal dengannya walaupun tetap mengimaninya, Allah ta’ala berfirman:
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, Maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan Dia di akhirat Termasuk orang-orang yang rugi. ( QS. Ali Imran: 85 ).
Dan syariat islam meminta kepada orang – orang yang mengikuti syariat – syariat sebelumnya untuk beriman kepadanya, sebagaimana orang – orang islam beriman kepada seluruh nabi dan rasul yang telah Allah utus, serta kitab – kitab samawi yang diwahyukan kepada mereka, Allah ta’ala berfirman:
فَإِنْ آمَنُوا بِمِثْلِ مَا آمَنْتُمْ بِهِ فَقَدِ اهْتَدَوْا وَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّمَا هُمْ فِي شِقَاقٍ فَسَيَكْفِيكَهُمُ اللَّهُ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
Maka jika mereka beriman kepada apa yang kamu telah beriman kepadanya, sungguh mereka telah mendapat petunjuk; dan jika mereka berpaling, Sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (dengan kamu). Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka. dan Dia-lah yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui. ( QS. Al Baqarah: 137 ).
Dan ketika terjadi perselisihan antara manusia, syariat islam berlepas diri dari semua orang yang menyelisihinya, Allah ta’ala berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا لَسْتَ مِنْهُمْ فِي شَيْءٍ إِنَّمَا أَمْرُهُمْ إِلَى اللَّهِ ثُمَّ يُنَبِّئُهُمْ بِمَا كَانُوا يَفْعَلُونَ . مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا وَمَنْ جَاءَ بِالسَّيِّئَةِ فَلَا يُجْزَى إِلَّا مِثْلَهَا وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ . قُلْ إِنَّنِي هَدَانِي رَبِّي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ دِينًا قِيَمًا مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ
Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agama-Nya dan mereka menjadi bergolongan, tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu kepada mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah terserah kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat.
Barangsiapa membawa amal yang baik, Maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan Barangsiapa yang membawa perbuatan jahat Maka Dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).
Katakanlah: "Sesungguhnya aku telah ditunjuki oleh Tuhanku kepada jalan yang lurus, (yaitu) agama yang benar, agama Ibrahim yang lurus, dan Ibrahim itu bukanlah Termasuk orang-orang musyrik". ( QS. Al An’am: 159 – 161 ).
Sesungguhnya metode yang digunakan oleh syariat islam dalam berdakwah kepada para penganut agama lain adalah dengan cara berdiskusi, yang bertujuan untuk mengumpulkan setiap kalimat di atas manhaj rabbani, dan menyeru manusia kepada akhlak yang terpuji seperti yang diperintahkan oleh Allah, Allah ta’ala berfirman:
قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَى كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَلَّا نَعْبُدَ إِلَّا اللَّهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلَا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ
Katakanlah: "Hai ahli Kitab, Marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara Kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah". jika mereka berpaling Maka Katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa Kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)". ( QS. Ali Imran: 64 ).
Agama islam juga mnganjurkan untuk senantiasa menghormati perasaan orang – orang yang menyelisihinya dan tidak melukainya dengan mengejek keyakinan – keyakinan dan agama mereka, berdasarkan firman Allah ta’ala:
وَلَا تَسُبُّوا الَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ فَيَسُبُّوا اللَّهَ عَدْوًا بِغَيْرِ عِلْمٍ
Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. ( QS. Al An’am: 108 ).
Agama islam juga meminta para pengikutnya untuk berdebat dan berdiskusi dengan orang – orang yang menyelisihi mereka, namun dengan cara yang baik, Allah berfirman:
وَلَا تُجَادِلُوا أَهْلَ الْكِتَابِ إِلَّا بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِلَّا الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْهُمْ وَقُولُوا آمَنَّا بِالَّذِي أُنْزِلَ إِلَيْنَا وَأُنْزِلَ إِلَيْكُمْ وَإِلَهُنَا وَإِلَهُكُمْ وَاحِدٌ وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ
Dan janganlah kamu berdebat denganAhli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka, dan Katakanlah: "Kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada Kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan Kami dan Tuhanmu adalah satu; dan Kami hanya kepada-Nya berserah diri". ( QS. Al ‘Ankabut: 46 ).
Allah juga berfirman:
ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
Memaksa orang lain untuk memeluk agama islam bukanlah metode berdakwah yang baik dalam agama islam, sebagaimana yang tadi kita katakana, hal itu berdasarkan firman Allah:
لَا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ قَدْ تَبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ
Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. ( QS. Al Baqarah: 256 ).
Karena metode islami yang baik dalam berdakwah adalah dengan cara memaparkan syariat islam kepada orang – orang non muslim tanpa desakan, paksaan, maupun tekanan, inilah yang dimaksud dalam syariat islam dengan hidayah dilalah ( kuasa untuk memberikan petunjuk ), adapun hidayah taufik ( kuasa untuk memberikan taufik ) hanya ada di tangan Allah semata, Allah ta’ala berfirman:
وَقُلِ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكُمْ فَمَنْ شَاءَ فَلْيُؤْمِنْ وَمَنْ شَاءَ فَلْيَكْفُرْ إِنَّا أَعْتَدْنَا لِلظَّالِمِينَ نَارًا أَحَاطَ بِهِمْ سُرَادِقُهَا وَإِنْ يَسْتَغِيثُوا يُغَاثُوا بِمَاءٍ كَالْمُهْلِ يَشْوِي الْوُجُوهَ بِئْسَ الشَّرَابُ وَسَاءَتْ مُرْتَفَقًا
Dan Katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; Maka Barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan Barangsiapa yang ingin (kafir) Biarlah ia kafir". Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek. ( QS. Al Kahfi: 29 ).
Agama islam selalu mengedepankan keadilan dalam setiap perkara, bahkan kepada orang – orang yang menyelisihinya, Allah berfirman:
وَأُمِرْتُ لِأَعْدِلَ بَيْنَكُمُ اللَّهُ رَبُّنَا وَرَبُّكُمْ لَنَا أَعْمَالُنَا وَلَكُمْ أَعْمَالُكُمْ لَا حُجَّةَ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ اللَّهُ يَجْمَعُ بَيْنَنَا وَإِلَيْهِ الْمَصِيرُ
Maka karena itu serulah (mereka kepada agama ini) dan tetaplah sebagai mana diperintahkan kepadamu dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka dan Katakanlah: "Aku beriman kepada semua kitab yang diturunkan Allah dan aku diperintahkan supaya Berlaku adil diantara kamu. Allah-lah Tuhan Kami dan Tuhan kamu. bagi Kami amal-amal Kami dan bagi kamu amal-amal kamu. tidak ada pertengkaran antara Kami dan kamu, Allah mengumpulkan antara kita dan kepada-Nyalah kembali (kita)".  (QS. As Syuura: 15 ).
4.    Agama islam menganjurkan untuk saling tolong menolong dalam hal – hal produktif, yang akan membuahkan kebaikan bagi semua orang, dan menganjurkan untuk selalu berusaha untuk memberikan kemashlahatan bagi seluruh masyarakat, Allah ta’ala berfirman:
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya. ( QS. Al Maidah: 2 ).
Dari Ibnu Umar رضي الله عنه: Bahwa seorang laki – laki mendatangi Nabi صلى الله عليه وسلم dan berkata: Wahai Rasulullah, manusia manakah yang paling dicintai oleh Allah? Atau amalan apakah yang paling dicintai oleh Allah?
Maka Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
أحب الناس إلى الله تعالى أنفعهم للناس وأحب الأعمال إلى الله عز وجل سرور يدخله على مسلم أو يكشف عنه كربة أو يقضي عنه دينا أو يطرد عنه جوعا ولأن أمشي مع أخ في حاجة أحب إلي من أن أعتكف في هذا المسجد ( يعني : مسجد المدينة ) شهرا ومن كف غضبه ستر الله عورته ومن كظم غيظه ولو شاء أن يمضيه أمضاه ملأ الله قلبه رجاء يوم القيامة ومن مشى مع أخيه في حاجة حتى تتهيأ له ؛ أثبت الله قدمه يوم تزول الأقدام  وإن سوء الخلق يفسد العمل كما يفسد الخل العسل
“ Orang yang paling dicintai oleh Allah adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia, dan amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah kebahagiaan yang seorang masukkan kedalam hati seorang muslim, atau menyingkap kesulitannya, atau melunasi hutangnya, atau menghilangkan rasa laparnya, dan sungguh aku berjalan bersama saudaraku – semuslim – dalam rangka memenuhi kebutuhannya, lebih aku cintai dari pada berdiam diri untuk beribadah di masjid ini – maksudnya: masjid Nabawi – selama satu bulan, barang siapa yang menahan amarahnya, Allah akan tutupi auratnya, barang siapa yang tidak melampiaskan kemurkaannya, walaupun ia mampu untuk melampiaskannya, niscaya Allah akan memenuhi hatinya dengan harapan pada hari kiamat, dan barang siapa yang berjalan dengan saudaranya dalam rangka memenuhi hajatnya sampai hajat itu selesai, maka akan Allah tegarkan hatinya di hari ketika banyak kaki tergelincir, sesungguhnya akhlak yang buruk akan menghancurkan amalan seseorang, layaknya cuka menghancurkan madu”. ( HR Thabrani dalam Mu’jamul Kabir dan dishahihkan oleh Al Albani dalam kitabnya  As Shahihah ).
Untuk merealisasikan hal – hal ini, agama islam berusaha untuk:
Menyeru manusia agar hidup bermasyarakat dan saling mengenal antar sesama, sesuai dengan metode rabbani yang dibangun diatas tauhid dan iman kepada para rasul dan kitab – kitab, berdasarkan firman Allah subhanahu wa ta’ala:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. ( QS. Al Hujurat: 13 ).
Agama islam juga menyeru manusia untuk berusaha memberikan yang terbaik bagi sesama, dari Abu Hurairah رضي الله عنه berkata: Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
مَنْ يَأْخُذُ عَنِّي هَؤُلَاءِ الكَلِمَاتِ فَيَعْمَلُ بِهِنَّ أَوْ يُعَلِّمُ مَنْ يَعْمَلُ بِهِنَّ؟ فَقَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ: فَقُلْتُ: أَنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ، فَأَخَذَ بِيَدِي فَعَدَّ خَمْسًا وَقَالَ: اتَّقِ المَحَارِمَ تَكُنْ أَعْبَدَ النَّاسِ، وَارْضَ بِمَا قَسَمَ اللَّهُ لَكَ تَكُنْ أَغْنَى النَّاسِ، وَأَحْسِنْ إِلَى جَارِكَ تَكُنْ مُؤْمِنًا، وَأَحِبَّ لِلنَّاسِ مَا تُحِبُّ لِنَفْسِكَ تَكُنْ مُسْلِمًا، وَلَا تُكْثِرِ الضَّحِكَ، فَإِنَّ كَثْرَةَ الضَّحِكِ تُمِيتُ القَلْبَ
“Siapa yang berkenan mengambil kalimat – kalimat ini dariku, lalu mengamalkannya, atau mengajarkannya kepada orang yang mengamalkannya?”, Abu Hurairah berkata: aku katakan: “ Aku wahai Rasulullah”, maka beliau mengambil tanganku lalu menyebutkan  5 perkara: “Jauhilah perkara – perkara yang haram, maka kau akan menjadi orang yang paling beribadah kepada Allah,  ridhalah terhadap apa yang Allah berikan kepadamu, maka kau akan menjadi orang yang paling kaya, berbuat baiklah kepada tetanggamu, maka kau akan menjadi seorang mukmin sejati, dan cintailah bagi manusia apa yang kau cintai bagi dirimu, maka kau akan menjadi seorang muslim sejati, dan janganlah kau banyak tertawa, karena banyak tertawa akan mematikan hati”. ( HR. Tirmidzi ).
Agama islam menganjurkan untuk saling menasehati kepada sesama, Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
الدين النصيحة, قلنا :لمن يارسول الله ؟ قال : لله ولكتابه ورسوله ولأئمة المسلمين وعامتهم
“Agama adalah nasehat”, kami ( para sahabat ) berkata: “Untuk siapa wahai Rasulullah ?”, Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda: “Untuk Allah, kitabNya, RasulNya, dan untuk para pemimpin kaum muslimin, dan kaum muslimin pada umumnya”. ( HR. Muslim ).
Agama islam juga menganjurkan amar makruf nahi munkar ( menyuruh kepada yang baik dan melarang dari yang munkar ), dengan segala cara dan sarana, sesuai dengan kemampuan masing – masing, karena amar makruf nahi munkar adalah jaminan keamanan bagi masyarakat dari merebaknya kezaliman, kerusakan, dan hilangnya hak – hak orang lain. melalui amar makruf nahi munkar, seorang mengajarkan ilmu kepada orang yang tidak mengetahui, mengingatkan orang yang lalai, mengoreksi orang yang salah, sekaligus membantu orang yang istiqamah berada di atas kebenaran, Allah ta’ala berfirman:
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. ( QS. Ali Imran: 104 ).
Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
من رأى منكم منكراَ‎ً فليغيره بيده فإن لم يستطع فبلسانه فإن لم يستطع فبقلبه وذلك أضعف الإيمان
“Barang siapa diantara kalian yang melihat kemunkaran, hendaknya ia merubahnya dengan tangannya, jika ia tidak mampu, maka dengan lisannya, jika ia tidak mampu, maka dengan hatinya, dan itu adalah selemah – lemahnya iman”. ( HR. Muslim ).
Agama islam menganjurkan untuk menuntut ilmu dan belajar, Allah berfirman:
قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ
Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?". ( QS. Az Zumar: 9 ).
Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
“Menuntut ilmu adalah kewajiban atas setiap muslim”. ( HR. Ibnu Majah ).
Hal itu agar setiap orang tau apa yang menjadi hak dan kewajiban masing – masing, sehingga ia bisa membuat dirinya dan orang lain bahagia.
Agama islam juga menganjurkan untuk senantiasa menjaga lingkungan sekitar kita, Rasulullah صلى الله عليه وسلم sangat melarang perbuatan yang akan merugikan setiap manusia, karena segala yang ada di dunia ini adalah milik bersama, bukan hanya dimiliki oleh sebagian orang saja, oleh karena itu agama islam melarang segala perilaku yang akan mengakibatkan efek negatif bagi lingkungan, Allah ta’ala berfirman:
وَلَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَاحِهَا وَادْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا إِنَّ رَحْمَتَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنَ الْمُحْسِنِينَ
Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah Amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. ( QS. Al A’raaf: 56 ).
Allah juga berfirman:
وَإِذَا تَوَلَّى سَعَى فِي الْأَرْضِ لِيُفْسِدَ فِيهَا وَيُهْلِكَ الْحَرْثَ وَالنَّسْلَ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ الْفَسَادَ . وَإِذَا قِيلَ لَهُ اتَّقِ اللَّهَ أَخَذَتْهُ الْعِزَّةُ بِالْإِثْمِ فَحَسْبُهُ جَهَنَّمُ وَلَبِئْسَ الْمِهَادُ
Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk Mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan.
Dan apabila dikatakan kepadanya: "Bertakwalah kepada Allah", bangkitlah kesombongannya yang menyebabkannya berbuat dosa. Maka cukuplah (balasannya) neraka Jahannam. dan sungguh neraka Jahannam itu tempat tinggal yang seburuk-buruknya. ( QS. Al Baqarah: 205 – 206 ).
Agama islam menyeru agar kekayaan alam digunakan untuk kepentingan umum, sebagaimana firman Allah ta’ala:
هُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ ذَلُولًا فَامْشُوا فِي مَنَاكِبِهَا وَكُلُوا مِنْ رِزْقِهِ وَإِلَيْهِ النُّشُورُ
Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, Maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya. dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan. ( QS. Al Mulk: 15 ).
Agama islam juga mengikrarkan peperangan atas minuman keras dan narkoba, Allah ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالْأَنْصَابُ وَالْأَزْلَامُ رِجْسٌ مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ فَاجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah Termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. ( QS. Al Maidah: 90 ).
Agama islam juga menyeru untuk menjaga kehormatan dan harta, Allah ta’ala berfirman berkaitan dengan kehormatan:
وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا
Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk. ( QS. Al Isra: 32 ).
Allah juga berfirman:
وَالَّذِينَ يَرْمُونَ الْمُحْصَنَاتِ ثُمَّ لَمْ يَأْتُوا بِأَرْبَعَةِ شُهَدَاءَ فَاجْلِدُوهُمْ ثَمَانِينَ جَلْدَةً وَلَا تَقْبَلُوا لَهُمْ شَهَادَةً أَبَدًا وَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, Maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. dan mereka Itulah orang-orang yang fasik. ( QS. An Nur: 4 ).
Allah juga mengancam orang – orang yang ingin keburukan tersebar dalam masyarakat dengan azab yang pedih, lalu bagaimana kiranya dengan orang – orang yang malah menyebarkannya, mempermudah penyebarannya, dan bahu membahu untuk menyebarkannya? Allah ta’ala berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ يُحِبُّونَ أَنْ تَشِيعَ الْفَاحِشَةُ فِي الَّذِينَ آمَنُوا لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang Amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. dan Allah mengetahui, sedang, kamu tidak mengetahui. ( QS. An Nur: 19 ).
Adapun berkaitan dengan harta, Allah berfirman:
وَلَا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ
Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil. ( QS. Al Baqarah: 188 ).
Dan Allah berfirman:
وَأَوْفُوا الْكَيْلَ إِذَا كِلْتُمْ وَزِنُوا بِالْقِسْطَاسِ الْمُسْتَقِيمِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا
Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah dengan neraca yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. ( QS. Al Isra: 35 ).
Allah juga berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَذَرُوا مَا بَقِيَ مِنَ الرِّبَا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ . فَإِنْ لَمْ تَفْعَلُوا فَأْذَنُوا بِحَرْبٍ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَإِنْ تُبْتُمْ فَلَكُمْ رُءُوسُ أَمْوَالِكُمْ لَا تَظْلِمُونَ وَلَا تُظْلَمُونَ
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa Riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman.
Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), Maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), Maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak Menganiaya dan tidak (pula) dianiaya. ( QS. Al Baqarah: 278 – 279 ).
Agama islam juga menganjurkan untuk mengerjakan hal – hal yang akan memberikan manfaat bagi masyarakat umum, dan memberikan hasil yang baik bagi mereka.
Agama islam menyeru untuk menyantuni anak yatim dan orang – orang yang tidak memiliki keluarga, Allah ta’ala berfirman:
وَلَا تَقْرَبُوا مَالَ الْيَتِيمِ إِلَّا بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ
Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih baik (bermanfaat). ( QS. Al Isra: 34 ).
Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
أَنَا وَكَافلُ اليَتِيمِ في الجَنَّةِ هَكَذا
“Aku dan orang yang menanggung kebutuhan anak yatim di dalam surga seperti ini” seraya memberi isyarat dengan jari telunjuk dan jari tengahnya, lalu merentangkan keduanya. ( HR Bukhari ).
Agama islam juga menyeru untuk sama – sama mengatasi kelaparan dengan segenap cara, Allah ta’ala berfirman:
فَلَا اقْتَحَمَ الْعَقَبَةَ . وَمَا أَدْرَاكَ مَا الْعَقَبَةُ . فَكُّ رَقَبَةٍ . أَوْ إِطْعَامٌ فِي يَوْمٍ ذِي مَسْغَبَةٍ
Tetapi Dia tiada menempuh jalan yang mendaki lagi sukar. Tahukah kamu Apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu? (yaitu) melepaskan budak dari perbudakan, atau memberi Makan pada hari kelaparan ( QS Al Balad: 11 – 14 ).

Akhlak – akhlak islam penyeru keselamatan.
Akhlak yang baik dalam agama islam, adalah segala akhlak yang menyuruh untuk melakukan seluruh perbuatan yang akan memberikan kebahagiaan bagi masyarakat, dan melarang segala perbuatan yang akan mengakibatkan permusuhan, pertentangan, dan perselisihan antar sesama, akhlak – akhlak inilah yang nantinya akan memberikan keselamatan, ketenangan, dan keamanan di tengah – tengah masyarakat yang mempraktekkannya.
Akhlak dalam islam sangatlah banyak dan bercabang, namun yang menjadi batasannya adalah: segala sesuatu yang akan menggangu manusia, baik berupa perkataan, atau perbuatan, maka itu adalah akhlak yang tercela yang haram dan tidak diridhai oleh Allah, dan barang siapa yang memiliki sifat tersebut, maka ia akan dibenci oleh manusia selama di dunia, dan terancam mendapat siksaan dari Allah di akhirat kelak.
Oleh karena itu Allah melarang kita untuk berlaku zalim dan aniaya, atau dengan makna yang lebih luas, mengganggu orang lain dengan perkataan, ataupun perbuatan, dan tidak memberikan setiap hak kepada pemiliknya, Allah ta’ala berfirman:
قُلْ إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَالْإِثْمَ وَالْبَغْيَ بِغَيْرِ الْحَقِّ
 Katakanlah: "Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar. ( QS Al A’raf: 33 ).
Allah berfirman dalam hadist qudsi:
يَا عِبَادِي إِنِّي حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلَى نَفْسِي وَجَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحَرَّمًا فَلَا تَظَالَمُوا..
“Wahai hamba – hambaKu, sesungguhnya aku mengharamkan kezaliman atas diriku, dan aku jadikan kezaliman itu haram atas kalian, maka janganlah kalian saling menzalimi”. ( HR Muslim ).
Agama islam juga menyuruh untuk senantiasa membantu orang yang zalim ataupun terzalimi secara bersamaan, Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
انْصُرْ أخَاكَ ظَالماً أَوْ مَظْلُوماً
“Tolonglah saudaramu yang zalim ataupun yang terzalimi”
Maka seorang sahabat berkata: “Wahai Rasulullah, aku memang akan menolongnya ketika ia terzalimi, lalu bagaiman jika dia yang menzalimi, apakah aku harus tetap menolongnya?”, Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
تحْجُزُهُ - أَوْ تمْنَعُهُ - مِنَ الظُلْمِ فَإِنَّ ذلِكَ نَصرُهُ
“ Engkau halangi dia – atau engkau larang dia – dari kezaliman, itulah cara menolongnya”. ( HR Bukhari ).
Dan sebaliknya, agama islam memerintahkan kita untuk berlaku adil secara mutlak kepada diri kita, maupun orang lain, Allah ta’ala berfirman:
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. ( QS An Nahl : 90 ).
Seorang harus tetap berlaku adil, baik ketika ia ridha ataupun tidak, kepada seorang muslim maupun non muslim, Allah ta’ala berfirman:
وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَى أَلَّا تَعْدِلُوا اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى
Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. ( QS Al Maidah: 8 ).
Bahkan agama islam menyerukan kepada akhlak yang lebih tinggi dari itu, ia menganjurkan untuk membalas segala perbuatan buruk dengan perbuatan baik, tujuannya untuk meluluhkan hati manusia, dan menghilangkan segala kedengkian yang terkadang mengotorinya, Allah ta’ala berfirman:
ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ
Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, Maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara Dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. ( QS Fusshilat: 34 ).

Penutup:

Di akhir buku kecil ini, yang membahas secara singkat sikap agama islam kepada terorisme, namun aku akui, bahwa aku tidak membahas masalah itu sebagaimana mestinya, karena tema tersebut sangatlah sensitif.
Akan tetapi aku sudah memberikan sedikit keterangan dan isyarat akan pandangan dan sikap islam terhadap orang – orang yang menyelisihinya, serta hubungan antara islam dengan mereka, juga sebaliknya, dalam pembahasan mengenai seruan islam agar senantiasa berusaha untuk memberikan kemashlahatan bagi masyarakat dan kebaikan bagi semua.
Diantara simpul iman terkuat adalah mencitai karena Allah, dan membenci karena Allah, bukan karena tujuan tertentu, ataupun hawa nafsu dan syahwat semata.
Ketika engkau membenci seseorang, hendaknya kau membenci bukan karena personalnya, tapi karena ia tidak mengindahkan perintah – perintah Allah, atau sering melanggar larangan – laranganNya, Allah ta’ala berfirman:
خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ
    Jadilah Engkau Pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh. ( QS Al A’raf: 199 ).
Betapa indahnya agama islam, hal itu karena ia adalah ajaran samawi rabbani, yang mengeluarkan seluruh manusia, dari peribadatan kepada hamba, menuju peribadatan kepada Tuhan para hamba, dan mengeluarkan mereka dari kegelapan syirik, menuju cahaya islam, Allah ta’ala berfirman:
اللَّهُ وَلِيُّ الَّذِينَ آمَنُوا يُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَوْلِيَاؤُهُمُ الطَّاغُوتُ يُخْرِجُونَهُمْ مِنَ النُّورِ إِلَى الظُّلُمَاتِ أُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
Allah pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. ( QS Al Baqarah: 257 ).
Juga mendidik para pengikutnya untuk berbuat baik kepada seluruh manusia, sehingga terwujudlah keadilan sosial bagi seluruh masyarakat, dan mendidik mereka untuk suka menyebarkan kebaikan, menjaga kehormatan, dan hak – hak orang lain, mendidik mereka untuk menyukai sikap toleransi dan saling memaafkan, sehingga membuahkan rasa cinta dan kasih sayang antar mereka.
Agama islam juga mendidik para pengikutnya untuk menghormati batasan – batasan yang telah ditetapkan Allah, yang akan menghasilkan rasa aman di tengah – tengah masyarakat, sehingga setiap orang merasa aman atas jiwa, kehormatan, dan harta mereka.
Agama islam mengajarkan para pengikutnya untuk mencintai orang lain dan meninggalkan sifat egois, sehingga terwujudlah rasa solidaritas sosial antara setiap individu masyarakat, yang besar menyayangi dan mengasihi yang kecil, sebaliknya yang kecil pun menghormati yang besar, si kaya membantu si miskin, sampai terwujudlah keadaan seperti yang digambarkan oleh Rasulullah صلى الله عليه وسلم:
مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
“ Permisalan orang – orang beriman dalam kecintaan dan kasih sayang antar mereka seperti sebuah jasad, apabila salah satu anggota tubuhnya sakit, maka seluruh anggota tubuh yang lain pun akan merasakan sakit dengan susah tidur dan demam”. ( HR Muslim ).
Semoga buku kecil ini bisa menjadi petunjuk bagi orang – orang yang mencari kebenaran, dan mengharap keberuntungan dengan meraih surga yang kekal abadi, orang – orang yang ikhlas menghindarkan diri mereka dari azab yang abadi di dalam neraka.
Perkara ini sangatlah bahaya, semua orang tau bahwa akhir perjalanan kita di dunia adalah kematian, kalaulah hidup kita hanya sebatas kehidupan dunia saja, maka itu adalah suatu hal yang ringan, namun nyatanya perkara yang terjadi setelahnya lebih besar lagi.
Kita sebagai seorang muslim, meyakini adanya hari kebangkitan setelah kematian, kita pun meyakini adanya hisab dan balasan, kita juga meyakini adanya kehidupan yang kekal abadi, entah di surga ataupun di neraka.
Maka barang siapa yang berserah diri kepada Allah, dan berbuat kebaikan, niscaya dia akan mendapat balasan atas kebaikan yang telah ia kerjakan – sesudah rahmat Allah – dengan surga. Dan barang siapa yang berbuat keburukan, apabila berkaitan dengan hak orang lain, maka ia akan diminta pertanggung jawabannya, namun apabila berkaitan degnan hak Allah, maka ia berada di bawah kuasa Allah, apabila Allah hendak mengampuninya maka ia akan mendapat ampunan, namun apabila Allah berkehendak untuk mengazabnya, maka ia akan mendapatkan hukuman.
Adapun orang yang menolak ajaran islam, lalu mati dalam kekufuran dan kesyirikannya, maka kami meyakini bahwa ia akan kekal abadi di dalam neraka, oleh karena itu, hendaknya setiap orang yang memiliki akal sehat memilih jalan terbaik bagi dirinya, dan mencari agama yang benar, agama yang akan menuntun para pengikutnya menuju kemenangan dan keselamatan di dalam surga yang kekal abadi. Yang ada hanyalah dua pilihan, tidak ada pilihan ketiga.
Semoga shalawat dan salam selalu tercurah kepada Rasul yang diutus sebagai rahmat bagi seluruh alam, Rasul kita Muhammad صلى الله عليه وسلم, dan kepada keluarga, juga orang – orang yang mengikuti jalannya sampai hari kiamat.


 www.islamland.com